Jumat, 05 Juli 2013

Pemisahan Kimia

TUGAS MAKALAH
“PROSES PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pemisahan Kimia

Di susun oleh :
Kelompok 6
Indah Ilmiyatul M.                         240301101200
Nastiti                                              240301101100
Maryani Kusuma W.                     240301101100
Wihda Wihdatul H.                        24030110110033
Selfina Riska A.                              240301101300
Ega Serfina                                     240301101300
Fatna Nur Hidayah                        240301101300
Anjar Adhidarma                          240301101300

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Pemisahan Kimia yang berjudul ”Proses Pemisahan dengan Membran” dengan lancar tanpa adanya kendala yang berarti. Penulis menyadari bahwa lancarnya makalah pemisahan kimia dan penulisan laporan tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1.      Didik Setiyo W., M.Si dan Dra. Rum Hastuti, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Pemisahan Kimia
2.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini mungkin masih jauh dari sempurna serta masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah biokimia pangan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Semarang, Mei 2011
Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
Pemisahan senyawa-senyawa kimia umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik dengan prinsip kerja yang khusus, seperti ekstraksi, destilasi, dan berbagai metode pemsahann lainnya dengan menggunakan instrument dan sarana yang berbeda. Selain ekstraksi, teknik pemisahan yang umum digunakan antara lain adalah teknik pemisahan dengan menggunakan membrane.
Pada tahun 1748, sejarah penggunaan dan perkembangan membrane dimulai oleh French Abbe Nollet yang berhasil menemukan sifat semipermiabilitas untuk pertamakalinya, dan menyatakan bahwa kulit binatang bersifat lebih permiabel terhadap air daripada wine.
Pada tahun 1854 Fick mempublikasikan penemuannya tentang hokum difusi. Beliau juga merupakan orang pertama yang mempelajari membran semipermiabel artificial (buatan) untuk pertamakalinya. Membran ini dibuat dari larutan selulosa nitrat dalam eter-alkohol dan diberi nama Collodion. Setelah penelitian demi penelitian dilakukan, ditemukanlah penemuan-penemuan baru seperti dialysis, perbedaan permeabilitas gas dalam selaput karet, tekanan osmotik, dan kesetimbangan Donnan.
Pada tahun 1950, pembuatan membran berjenis ultrafltrasi dalam skala industri pertama kali dilakukan oleh Sartorius Werke Gmbh, di Jerman. Namun, terobosan terbesar dalam bidang teknologi membran dalam aplikasi industrial barulah dimulai pada tahun 1960, setelah pengembangan membran berstruktur asimetrik oleh Loeb dan Sourirajan.
Pada tahun 1968 – 1971, N.N. Li memperkenankan teknik ekstraksi senyawa fenol dalam limbah cair dengan menggunakan teknik membran cair emulsi (liquid membrane emulsion). Penemuan tersebut selanjutnya menarik minat para peneliti untuk mengembangkan dan mendalami teknik ini. Aplikasi teknik pemisahan ini kemudian berkembang dan dimanfaatkan untuk pemisahan dalam berbagai bidang, mencakup pemisahan senyawa-senyawa organik dan anorganik.
Perkembangan teknologi membran di Indonesia dimulai pada tahun 1979. Pada tahun ini teknologi membran mulai masuk ke Indonesia, yang ditandai dengan sebuah seminar di manila yang mengungkapkan potensi membran, khusunya reverse osmosis untuk proses di Asia Tenggara. Sejak saat itu perkembangan teknologi membran disemarakkan dengan penyelenggaraan IMSTEC (International Membrane Science and Technology Conference) oleh UNESCO Center for Membrane Science. Juga siselenggarakannya 5th ASEAN Fdood Conference di kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 1994 yang diantaranya membahas perkembangan membran di Indonesia dan ASEAN pada umumnya. Saat ini pemakaian membran telah meluas pada berbagai bidang meliputi industri logam (recovery logam, kontrol polusi, pengayaan udara untuk pembakaran), industri makanan dan industri tekstil dan kulit (recovery pans sensible, kontrol polusi, recovery, serta bahan-bahan kimia), industri pulp dan kertas (pengganti evaporasi, kontrol polusi, recovery serta bahan kimia), industri proses kimia (pemisahan bahan organic, pemisahan bahan organic, pemishan gas, recovery dan pemakaian ulang bahan kimia), kesehatan dan medis (organ artificial, control release (untuk obat), fraksionasi darah, sterilisasi, pemurnian air), dan pengolahan limbah (pemisahan garam dan deionisasi).
1.2. Rumusan Permasalahan
1.2.1
1.3.    Tujuan
1.3.1.      mengetahui definisi dan klasifikasi membran
1.3.2.      mengetahui proses pemisahan yang menggunakan membran elektrodialisis
1.3.3.       
BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Pengertian Membran
Kata membran berasal dari bahasa latin “membrano” yang berarti potongan kain. Saat ini istilah membran didefinisikan sebagai lapisan tipis (film) yang fleksibel, pembarats antara 2 fasa yang bersifat semipermiabel. Membran dapat berupa padatan ataupun cairan. Dan berfungsi sebagai media pemisah yang selektif berdasarkan perbedaan koefisien difusivitas, muatan listrik, atau perbedaan kelarutan. Membran merupakan suatu fasa yang berlaku sebagai rintangan yang selektif terhadap aliran molekul atau ion yang terdapat dalam cairan atau uap yang berhubungan dengan kedua sisinya. Mulder (1996) memdefinisikan membran sebagai penghalang atau pembatas selektif yang diletakkan diantara dua fasa. Proses membran adalah pemisahan pada tingkat molekuler atau partikel yang halus. 
Membran didefinisikan sebagai material tipis antarfasa (interphase). Sampai saat ini hanya padatan yang digambarkan sebagai bahan membran. Sebenarnya mungkin juga untuk menggunakan cairan sebagai suatu membran dan definisi membran yang sama juga digunakan untuk membran cair atau film cair yang memisahkan dua fasa. Pemisahan terjadi karena perbedaan kelarutan dan diffusi dalam film cair yang mirip dengan film padat.
Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran memiliki ketebalan yang berbeda-beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya membran terdiri dari bahan alami dan bahan sintesis. Bahan alami adalah bahan yang berasal dari alam misalnya pulp dan kapas, sedangkan bahan sintesis dibuat dari bahan kimia, misalnya polimer (Agustina et al., 2005).
Membran berfungsi memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul, menahan komponen dari material yang mempunyai ukuran lebih besar daripada pori-pori membran dan melewatkan komponen yang mempunyai ukuran lebih kecil. Larutan yang mengandung komponen yang tertahan disebut konsentrat dan larutan yang mengalir diebut permeat. Filtrasi dengan menggunakan membran, selain berfungsi sebagai sarana pemisahan juga berfungsi sebagai sarana pemekatan dan pemurnian dari suatu larutan yang dilewatkan pada membran tersebut (Agustina et al., 2005).
Metode pemisahan dengan proses membran bisa dikatakan masih baru. Filtrasi dengan membran belum diakui sebagai pemisahan yang secara teknis sangat bagus sampai dua puluh lima tahun yang lalu. Tetapi sekarang proses membran digunakan dalam aplikasi yang sangat luas dan dapat dipastikan penggunaanya akan semakin meningkat di masa yang akan datang. Membran berfungsi sebagai media pemisahan yang selektif berdasarkan perbedaan muatan listrik dan perbedaan kelarutan.
Kinerja membran ditentukan oleh dua parameter yaitu selektivitas dan laju alir melalui membran (fluks) yang dinyatakan sebagai volume permeat per unit area per waktu tertentu yang dirumuskan sebagai berikut :
 J = V/A.T
dimana :  J = fluks (m3/m2.jam)
 V = volume permeat (m3)
A = luas permukaan membrane (m2)
T = waktu (jam)


2.2           Klasifikasi Membran
Kasifikasi membran dapat dibedakan sebagai berikut:
1.      Berdasarkan material penyusunnya,
a.       Membran polimer
b.      Liquid membran
c.       Membran padatan
d.      Membran penukar ion
2.      Berdasarkan konfigurasi membran,
a.       Membran lembaran
b.      Lilitas spiral
c.       Tubural
d.      Emulsi
3.      Berdasarkan struktur dan prinsip pemisahan membran dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu membran berpori (porous membrane), membran tidak berpori (non porous membrane), membrane cair (carrier  membrane). Dari ketiga jenis membran diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.    Membran berpori
Prinsip pemisahan membran berpori adalah didasarkan pada perbedaan ukuran partikel dengan ukuran pori membran, ukuran pori membran memegang peranan penting dalam pemisahan dengan menggunakan membran berpori. Hanya partikel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati membran sedangkan sisanya akan tertahan. Berdasarkan klasifikasi dari IUPAC, pori dapat dikelompokkan menjadi macropores (>50nm), mesopores (2-50nm), dan micropores (<2nm). Membran dengan jenis ini biasanya digunakan untuk :
1.   Mikrofiltrasi (melewatkan air, menahan mikroba)
2.   Ultrafiltrasi (melewatkan air menahan garam mineral)

b.   Membran tidak berpori
Pada membran tidak berpori ini prinsip pemisahannya didasarkan pada perbedaan kelarutan dan kemampuan berdifusi, sifat intrinsik polimer membran mempengaruhi tingkat selektifitas dan permeabilitas. Membran ini dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang sama, baik gas maupun cairan. Pada non-porous membrane ini, tidak terdapat pori seperti halnya porous membrane. Perpindahan molekul terjadi melalui mekanisme difusi. Jadi, molekul terlarut di dalam membran, baru kemudian berdifusi melewati membran tersebut. Membran dengan jenis ini digunakan untuk proses :
1.      Gas
2.      Pervaporasi
3.      Dialisa

c.    Membran cair
Pada jenis membran ini prinsip pemisahannya tidak ditentukan oleh membran itu sendiri, tetapi oleh sifat molekul pembawa spesifik. Pada carriers membrane, perpindahan terjadi dengan bantuan molekul pembawa yang mentransportasikan komponen yang diinginkan untuk melewati membran. Molekul pembawa (carrier) berada tetap di dalam membran dan dapat bergerak jika dilarutkan dalam cairan. Carrier juga harus menunjukkan afinitas yang sangat spesifik terhadap satu komponen pada umpan sehingga diperoleh selektifititas yang tinggi. Selain itu permselectivity komponen sangat tergantung pada spesifikasi bahan pembawa tersebut. Komponen yang dapat dipisahkan dapat berupa gas atau cair, ionik atau non ionik.   
4.      Berdasarkan fungsinya, tujuan proses pemisahan dengan membran adalah :
1.      Konsentrasi : dimana komponen yang dinginkan berada pada konsentrasi yang rendah sehingga pelarutnya yang akan dikeluarkan
2.      Purifikasi : dimana terdapat bahan pengotor yang tidak diinginkan dan harus dikeluarkan
3.      Fraksionasi : dimana suatu campuran harus dipisahkan menjadi dua komponen yang sama-sama diinginkan  

2.3     Pemisahan dengan Membran
Metode pemisahan dengan proses membran bisa dikatakan masih baru. Filtrasi dengan membran belum diakui sebagai pemisahan yang secara teknis sangat bagus sampai dua puluh lima tahun yang lalu. Tetapi sekarang proses membran digunakan dalam aplikasi yang sangat luas dan dapat dipastikan penggunaanya akan semakin meningkat di masa yang akan datang. Membran berfungsi sebagai media pemisahan yang selektif berdasarkan perbedaan muatan listrik dan perbedaan kelarutan
Ada tiga mekanisme pemisahan dengan membaran yang tergantung pada satu sifat spesifik komponen untuk dihilangkan secara selektif oleh membrane, yaitu : (Wenten, 2000)
 - Pemisahan berdasarkan perbedaan ukuran. Operasi utamanya antara lain Microfiltrasi, Ultrafiltrasi, dan dialysis.
 - Pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan dan diffusivitas bahan. Operasi yang dilakukan biasanya permeasi gas, pervaporasi dan Reverse Osmosis.
- Pemisahan berdasarkan perbedaan elektrokimia, dipisahkan dengan elektrodialisis dan dialysis Donnan.


Skema pemisahan dengan membrane :
cats.jpg
2.4        Keuntungan dan Kelemahan Membran
Sebagai teknologi pemisah, teknologi membran mempunyai keuntungan dibandingkan dengan proses pemisahan lain seperti:
1.  Pemisahan berdasarkan ukuran molekul (bentuk, muatan)
2.  Energi yang dibutuhkan relatif rendah karena biasanya tidak terjadi perubahan fase.
- Beroperasi pada temperatur rendah
- Menghindari kerusakan dari zat terlarut yang sensitif terhadap panas.
3.  Dapat beroperasi secara kontinyu ataupun bacth
4.  Tidak ada penambahan produk buangan
5.  Proses membran dapat digabungkan dengan proses pemisahan lainnya 
6.  Pemisahan dapat dilakukan dalam kondisi yang mudah diciptakan 
7.  Mudah dalam scale up
Di samping mempunyai keuntungan, proses membran juga mempunyai kekurangan di antaranya:
1.  Penyumbatan pori membran (fouling)
Adanya  fouling  dapat menyebabkan penurunan fluks. Fluks berbanding terbalik dengan selektifitas.  Semakin tinggi fluks seringkali berakibat menurunnya selektifitas  dan sebaliknya. Sedangkan hal yang diinginkan dalam proses berbasiskan membran adalah mempertinggi fluks  dan  selektifitas.  Fouling  dikendalikan dengan pembersihan secara berkala. Dalam penyaringan air, ion Fe dan Mn menjadi salah satu penyebab terjadinya fouling.  Ion Fe dalam air berupa Fe2+ dan jika teroksidasi dengan udara akan berubah menjadi ferri (Fe3+) sehingga akan terbentuk endapan Fe(OH)3. Mn dalam air berbentuk Mn2+ dan Mn4+. Dalam kondisi cukup udara maka Mn2+ teroksidasi menjadi Mn4+. Dalam kondisi anaerob maka Mn2+ teroksidasi menjadi Mn4+ membentuk MnO2. Kedua endapan ini dapat membentuk lapisan pada permukaan membran, yang biasa disebut dengan fouling.
Fluks dan selektifitas menjadi masalah, karena pada proses membran umumnya terjadi fenomena fluks yang berbanding terbalik dengan selektifitas. Semakin tinggi fluks seringkali berakibat menurunnya selektifitas dan sebaliknya. Sedangkan disatu pihak keinginan kita adalah mempertinggi fluks dan juga selektifitas. Oleh karena itu proses membran sangat cocok diterapkan diindustri-industri yang menginginkan selektifitas sangat tinggi, tanpa memperdulikan fluks yang dihasilkan, seperti industri farmasi.
Faktor lain yang menjadi masalah adalah sensitifitas bahan dan fouling (proses terdeposisinya suspensi atau zat terlarut pada permukaan eksternal, pori atau jaringan berpori membran). Sampai saat ini masih dilakukan upaya-upaya pengembangan material yang dapat mengakomodasi range temperatur, pH dan ketahanan mekanik yang besar. Adapun masalah fouling cukup mengganggu, karena seringkali kualitas kerja membran pada awal proses sangat baik tapi segera setelah itu kualitas kerjanya menurun karena terjadi penumpukan material atau pengotor pada membran dan untuk itu harus dilakukan upaya-upaya penanggulangannya. Antara lain dapat diupayakan back sock, pretreatment, dan lain-lain.




2.  Stabilitas membran
Kebanyakan material membran terkendala polimer yang mempunyai keterbatasan terhadap pH, temperatur, dan ketahanan kimia.

2.4     Elektrodialisis
Elektrodialisis adalah proses dialysis dengan menggunakan bantuan medan listrik dalam bejana,yang akan mempercepat perembesan ion-ion dari dalam kantung. Saat proses berlangsung,ion-ion positif dalam kantung akan berdifusi melalui membran menuju elektroda negatif (katoda) dan sebaliknya ion-ion negatif dalam kantung akan berdifusi melalui membrane menuju elektroda positif (anoda). Elektrodialisis juga dapat menghilangkan kotoran-kotoran yang bersifat nonelektrolit, seperti misalnya gula dan urea.
Elektrodialisis juga merupakan salah satu proses pemisahan ion-ion dari suatu larutan dengan mempergunakan arus listrik melalui membrane semipermiabel yang bersifat permeable terhadap ion tertentu. Proses ini menghasilkan satu bagian yang pekat yang disebut “Konsentrat” dan bagian lain yang encer disebut “Diluat” (Wenten, 2000). Penggunaan utama proses Elektrodialisis adalah pada proses desalting larutan ionic, pemisahan asam amino, proses klor-alkali, proses produksi NaOH dan H2SO4.

Gambar 12.19 memperlihatkan salah satu model elektrodialisis skala kecil yang banyak digunakan dalam laboratorium kimia. Kran A adalah tempat untuk memasukkan koloid yang akan dipisahkan dari elektrolit pengotornya,sedangkan kran B adalah tempat untuk mengeluarkan koloid yang telah dipisahkan elektrolit pengotornya. Nomor 1 dan 2 menunjukan membran dialisator yang bersift semipermeabel. Pengontrolan elektroda harus sering dilakukan dan air harus selalu diperbaharui.
2.5      Bittern
Bittern adalah cairan pekat yang diperoleh dari sisa kristalisasi proses pembuatan garam. Bittern mengandung berbagai mineral baik mineral makro maupun mineral mikro. Mineral ini terjadi karena tidak ikut mengkristal saat pembuatan garam. Beberapa mineral yang terkandung dalam Bittern adalah Magnesium, Natrium, Kalium, Calsium, Klorida, Sulfur, dan mineral mikro lainnya.
1. Sifat fisika dari Bittern :
- Berbentuk cair berwarna bening hingga keruh kekuningan
 - Tidak berbau
- Specific gravity = 2,32
- Melting point = 708°C
- Boiling point =1412°C.
 2. Sifat kimia dari Bittern :
 - Larut dalam air dan alcohol
- Sukar terbakar
- Tidak berbahaya

















2.6        Mekanisme Membran Elektrodialisis
Mekanisme pemisahan ion berdasarkan teknologi membrane elektrodialisis seperti berikut :
mknisme elektrodialisis.jpg
Prinsip dasar proses pemisahan ion dari larutan induk dan pengurangan ion-ion lainnya adalah penggunaan membran bermuatan dan arus listrik yang diperlukan sebagai gaya pendorong. Penentuan kuat arus yang diperlukan untuk penarikan ion-ion dari suatu larutan didasarkan atas besarnya Potensial Standar dari setiap ion.
Dari persamaan Nerst tampak bahwa potensial electrode suatu electrode logam yang dibenamkan dalam larutan ionnya bergantung pada konsentrasi ion-ion tersebut. Jika aktivitas ion dalam larutan itu 1 (satu) mol/liter maka rumusnya menjadi : E = Eo, Jadi potensial elektrode menjadi sama dengan potensial standar itu sendiri. Sebagai contoh untuk penaksiran/mengukur potensial standar dari electrode Natrium didasarkan pada persamaan :
Eo = - 2,714 + 0,0591 log [ Na+] .........(1)
dimana : Eo : Potensial electrode Na
         [Na +] : Konsentrasi Na dalam larutan
Rangkaian Peralatan membaran elektrodialisis
rangkaian alat.jpg
Prosedur percobaan
 - Bittern dengan konsentrasi tertentu sesuai perlakuan diletakkan pada tangki Bittern.
 - Kemudian larutan Bittern dialirkan ke modul membran Elektrodialisis, dengan menggunakan pompa dan diatur sesuai variable yang diinginkan.
- Dengan adanya pengaliran arus listrik searah, ion positif dapat ditarik lewat membran kation ke electrode negatif dan ion negatif bergerak kearah berlawanan melewati membran anion. Sehingga cairan ditengah (diluat) berkurang kadar mineralnya, sedang konsentrat akan keluar pada sisi yang lain menuju tangki konsentrat.
- Dilakukan balikan kutub dan pencucian electrode pada waktu tertentu.
- Hasil yang diperoleh konsentrat Kalium (K) dan Calsium (Ca) ditampung dan dianalisis dengan AAS.

Pada proses pemisahan ion Kalium (K), waktu yang diperlukan untuk memperoleh % Rejeksi terbesar adalah pada t = 150 menit, sedangkan pada ion Calsium (Ca) membutuhkan waktu selama 30 menit. Hal ini dikarenakan konsentrasi ion Kalium (K) dalam Bittern jauh lebih besar dibanding konsentrasi ion Calsium (Ca) dalam Bittern sehingga ion Kalium (K) membutuhkan waktu lebih lama untuk proses pemisahannya. Pada penelitian ini, voltage yang diperlukan pada pemisahan ion Kalium (K) untuk menghasilkan hasil yang optimal sebesar 2,3 Volt sedang untuk pemisahan ion Calsium (Ca) sebesar 2,9 Volt.
Perolehan besarnya voltage untuk pemisahan ion Calsium (Ca) pada penelitian ini sebesar 2,9 Volt sesuai dengan perhitungan yang ada dalam teori (Vogel), sementara itu untuk ion Kalium (K) sedikit berbeda dari perhitungan secara teori. Secara perhitungan diperoleh besarnya voltage untuk ion Kalium (K) sebesar 2,92 volt dan dari hasil penelitian diperoleh 2,3 Volt, perbedaan ini disebabkan karena permeabilitas (kemampuan memisahkan) membrane elektrodialisis ini terhadap ion Kalium (K) sangat tinggi sehingga ion Kalium (K) mudah menembus membran dalam voltage yang rendah. Sementara itu dari keseluruhan variable operasi yang dijalankan (yaitu konsentrasi feed, voltage kuat arus dan waktu operasi), dari hasil penelitian menunjukan bahwa hasil terbaik untuk ion Kalium (K) diperoleh pada konsentrasi feed sebesar 57.353,55 ppm, voltage kuat arus sebesar 2,3 Volt dengan waktu selama 150 menit dan % Rejeksi yang diperoleh sebesar 98,18% , sedang untuk ion Calsium (Ca) diperoleh pada konsentrasi feed sebesar 4.938 ppm, voltage kuat arus sebesar 2,9 Volt dengan waktu selama 30 menit dan % Rejeksi yang diperoleh sebesar 98,93%.

2.7         Pemilihan Membran Pendukung
Beberapa pendukung yang berbeda telah digunakan untuk membuat SLMs. Termasuk didalamnya polipropilen (PP), poli(vinilidin difluorida) (PVDF), politetrafluoroetilen (PTFE), sellulosa asetat, poli(vinil chlorida)(PVC), dan silikon. Polimer pendukung yang baik porositasnya harus tinggi, ukuran pori yang kecil, kekuatan mekanikal yang baik (dibuat tipis) ,tahan bahan kimia, hidrofobik, dan murah.
Kestabilan membran merupakan problem utama dalam penggunaan SLMs. Kehilangan pelarut seringkali merupakan faktor penyebab ketakstabilan membran. Beberapa kehilangan pelarut  disebabkan dari penguapan dan pelarutan (dissolusi), atau dari perbedaan tekanan sepanjang membran yang menekan pelarut (dan pengemban) keluar dari pori membran. Pengemban juga bisa hilang karena reaksi samping yang tak bolak-balik (irreversibel) dalam membran itu sendiri.
Membrane yang digunakan dalam pemisahan kation Ca dan K ini klasifkasi mmbrn.jpgklasifkasi mmbrn-1.jpg

Membran penukar kation yang terbuat dari crosslink kopolimer divinylbenzene (DVB) dan polystyerene dengan gugus sulfonat untuk penukar ion, dan gugus ammonium kwartener untuk penukar anion. Membran yang dipergunakan berbentuk plat. Elektroda yang digunakan adalah dari stainless steel (SS-304), jumlah 2 buah.  Spacer yang digunakan terbuat  dari hard nylon., dan kompartment berjumlah 4.








BAB III
PENUTUP
1.1.       Kesimpulan
1.1.1.      Membran cair merupakan fasa cair yang memisahkan dua fasa cair lain yang tidak bercampur dengan fasa membran tersebut.

1.1.2.      Macam-macam membran cair : Membran Cair Ruah (BLM), Membran Cair Emulsi (ELM) dan Membran Cair Berpendukung ( SLMs).






















DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.com/membran
Kristian, Rieko dan Terbit Wahyu. 2007. Aplikasi Membran dalam Bidang Medis Hemodialisis. Cilegon : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Mulder,M. 1996. Basic Principles of Membrane Tecnology, second edition. Netherlands : Kluwer Academic publisher
Sumardjo, Darmin. . Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Semarang : Buku Kedokteran EGC.

1 komentar:

  1. adakah larutan kimia yg bisa memisahkan hati dari bermaksiat kepada-Nya?

    BalasHapus