MAKALAH
KESADAHAN
AIR (Hardness)
“PENGARUH
KETEBALAN KARBON AKTIF SEBAGAI MEDIA FILTER
TERHADAP PENURUNAN KESADAHAN AIR SUMUR
ARTETIS”
Disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Kimia Air
Disusun oleh :
Edwin
Fadhly
NIM
240301101200
Indah
Ilmiyatul Mufida NIM
24030110120012
Sitta
Noor Fatmawati NIM
240301101200
Zulfa
Ifary Zain NIM 24030110110043
Dessy
Ayu S. NIM 24030110120037
Nova
Gultom NIM
J2C 009 014
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN
MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala yang telah
memberikan nikmat dan hidayahnya dan atas berkat rahmat-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Kesadahan Air.
Makalah ini merupakan suatu pemikiran mengenai gagasan
tentang kesadahan air yang meliputi penjelasan, penanggulangan, dan contoh
studi kasus.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan yang diharapkan. Oleh karena itu, saran dan kritik serta masukan
yang dapat membangun penulis sangat diharapkan agar penulis dapat lebih baik
lagi dalam makalah berikutnya.
Semoga makalah yang
kami buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya sehingga dapat menambah wawasan kita semua supaya nantinya dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.
Semarang , 13
Oktober 2012
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Semua
makhluk hidup di bumi ini butuh air. Air merupakan pelarut yang sangat baik,
sehingga di alam umumnya berada dalam keadaan tidak murni. Air alam mengandung
berbagai jenis zat, baik yang larut maupun yang tidak larut serta mengandung
mikroorganisme. Jika kandungan bahan-bahan dalam air tersebut tidak mengganggu
kesehatan, air dianggap bersih dan layak untuk diminum, air dikatakan tercemar
jika terdapat gangguan terhadap kualitas air sehingga air tersebut tidak dapat
digunakan untuk tujuan penggunaannya. Pencemaran air dapat terjadi karena
masuknya makhluk hidup, zat, dan energi terdalam air oleh kegiatan manusia.
Keadaan itu dapat menurunkan kualitas air sampai ke tingkat tertentu dan
membuat air tidak berfungsi lagi sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Air adalah
pelarut yang baik, sehingga dapat melarutkan zat-zat dari batu-batuan yang
berkontak dengannya. Bahan-bahan mineral yang dapat terkandung dalam air karena
kontaknya dengan batu-batuan tersebut antara lain: CaCO3, MgCO3,
CaSO4, MgSO4,
NaCl, Na2SO4,
SiO2 dan sebagainya. Dimana air yang banyak mengandung ion-ion
kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah. Air sadah adalah air yang di
dalamnya terlarut garam-garam kalsium dan magnesium air sadah tidak baik untuk
mencuci karena ion-ion Ca2+ dan Mg2+ akan berikatan
dengan sisa asam karbohidrat pada sabun dan membentuk endapan sehingga sabun
tidak berbuih. Senyawa-senyawa kalsium dan magnesium ini relatif sukar larut
dalam air, sehingga senyawa-senyawa ini cenderung untuk memisah dari larutan
dalam bentuk endapan atau precipitation yang kemudian melekat pada logam
(wadah) dan menjadi keras sehingga mengakibatkan timbulnya kerak.
Air sadah
dibagi menjadi dua yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah
sementara yaitu air yang kesadahannya disebabkan oleh kalsium dan magnesium
dari karbohidrat dan bikarbonat, sedangkan air sadah permanen atau tetap
disebutkan oleh garam kalsium sulfat dan klorida.
Metode
paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun
tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total
dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana pengertian kesadahan yang sebenarnya?
2.
Apa saja faktor-faktor
penyebab terjadinya kesadahan air?
3.
Bagaimana cara penanganan kesadahan
air?
4.
Bagaimana cara menganalisa
kesadahan air?
5.
Contoh studi kasus dalam analisa
kesadahan air
C. Tujuan
1.
Mengetahui pengertian atau
penjelasan dari kesadahan air
2.
Mengetahui faktor-faktor
penyebab terjadinya kesadahan air
3.
Mengetahui cara penanganan/penanggulangan kesadahan
air
4.
Mempelajari proses penanganan dan
analisis pada kesadahan air
5.
Memperoleh informasi tentang
kesadahan air dari contoh studi kasus
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kesadahan
air
Pada
awalnya, kesadahan air didefinisikan sebagai kemampuan air untuk mengendapkan
sabun, sehingga keaktifan/ daya bersih sabun menjadi berkurang atau hilang sama
sekali. Sabun adalah zat aktif permukaan yang berfungsi menurunkan tegangan
permukaan air, sehingga air sabun dapat berbusa. Air sabun akan membentuk
emulsi atau sistem koloid dengan zat pengotor yang melekat dalam benda yang
hendak dibersihkan.
Kesadahan
terutama disebabkan oleh keberadaan ion-ion kalsium (Ca2+) dan
magnesium (Mg2+) di dalam air. Keberadaannya di dalam air
mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan magnesium,
sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif. Kation-kation polivalen
lainnya juga dapat mengendapkan sabun, tetapi karena kation polivalen umumnya
berada dalam bentuk kompleks yang lebih stabil dengan zat organik yang ada,
maka peran kesadahannya dapat diabaikan. Oleh karena itu penetapan kesadahan
hanya diarahkan pada penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+.
Kesadahan total didefinisikan sebagai jumlah miliekivalen (mek) ion Ca2+
dan Mg2+ tiap liter sampel air (Anonim, 2008).
Kesadahan
atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab
air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+.
Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal
(logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam
sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. Oleh karena senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relatif sukar larut dalam
air, maka senyawa-senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan dalam bentuk
endapan atau presipitat yang akhirnya menjadi kerak.
Pengertian
kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan sabun, di mana sabun ini
diendapkan oleh ion-ion yang saya sebutkan diatas. Karena penyebab
dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya
Ca2+, maka arti dari kesadahan dibatasi sebagai sifat /
karakteristik air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+
dan Mg2+, yang dinyatakan sebagai CaCO3. Kesadahan ada
dua jenis, yaitu (Giwangkara, 2008) :
1.
Kesadahan sementara
Adalah
kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat, seperti Ca(HCO3)2,
Mg(HCO3)2. Kesadahan sementara ini dapat / mudah dieliminir
dengan pemanasan (pendidihan), sehingga terbentuk encapan CaCO3 atau
MgCO3.
Reaksinya:
Ca(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan)
Mg(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + MgCO3 (endapan)
Reaksinya:
Ca(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + CaCO3 (endapan)
Mg(HCO3)2 → dipanaskan → CO2 (gas) + H2O (cair) + MgCO3 (endapan)
2.
Kesadahan tetap
Adalah kesadahan yang disebabkan
oleh adanya garam-garam klorida, sulfat dan karbonat, misal CaSO4,
MgSO4, CaCl2, MgCl2. Kesadahan tetap dapat
dikurangi dengan penambahan larutan soda – kapur (terdiri dari larutan natrium
karbonat dan magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kaslium karbonat
(padatan/endapan) dan magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam air.
Reaksinya:
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + 2NaCl (larut)
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + Na2SO4 (larut)
MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaCl2 (larut)
MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaSO4 (larut)
Reaksinya:
CaCl2 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + 2NaCl (larut)
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 (padatan/endapan) + Na2SO4 (larut)
MgCl2 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaCl2 (larut)
MgSO4 + Ca(OH)2 → Mg(OH)2 (padatan/endapan) + CaSO4 (larut)
Ketika kesadahan kadarnya adalah
lebih besar dibandingkan penjumlahan dari kadar alkali karbonat dan bikarbonat,
yang kadar kesadahannya eqivalen dengan total kadar alkali disebut “ kesadahan
karbonat; apabila kadar kesadahan lebih dari ini disebut “kesadahan
non-karbonat”. Ketika kesadahan kadarnya sama atau kurang dari penjumlahan dari
kadar alkali karbonat dan bikarbonat, semua kesadahan adalah kesadahan karbonat
dan kesadahan noncarbonate tidak ada. Kesadahan mungkin terbentang dari nol ke
ratusan miligram per liter, bergantung kepada sumber dan perlakuan dimana
air telah subjeknya.
Kesadahan
sangat penting artinya bagi para akuaris karena kesadahan merupakan salah satu
petunjuk kualitas air yang diperlukan bagi ikan. Tidak semua ikan dapat
hidup pada nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan
memerlukan prasarat nilai kesadahan pada selang tertentu untuk hidupnya.
Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya
dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH.
Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua
tipe, yaitu: (1) kesadahan umum ("general hardness" atau GH) dan (2)
kesadahan karbonat ("carbonate hardness" atau KH). Disamping dua tipe
kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu yang
disebut sebagai kesadahan total atau total hardness.
Kesadahan total merupakan penjumlahan dari GH dan KH.
B.
Penyebab
kesadahan air
Kesadahan dalam air dapat disebabkan
oleh adanya garam-garam anorganik atau persenyawaan antara lain
-
Kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan bikarbonat
-
Kalsium dan magnesium
dengan sulfat, nitrat dan klorida
-
Garam-garam besi, seng
dan silica
Kandungan ion Ca dan Mg dalam air dapat dipengaruhi oleh 2
faktor, yaitu
1. Faktor Alamiah : karena sumber air
berdekatan dengan lokasi penambangan batu kapur atau pun daerah tersebut dekat
lokasi persawahan.
2. Faktor non alamiah : karena
ditambahkan dalam air baik disengaja atau pun tidak sengaja.
Kesadahan pada air dapat bersifat:
a. Semestara
(temporary)
b. Menetap
(pernamennt)
Kesadahan air yang bersifat sementara
disebabkan oleh adanya
persenyawaan kalsium dan magnesium dengan bikarbonat dan kesadahan air bersifat
permanen bila terdapat persenyawaan kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat
dan klorida.
Ø Standar
internasional air minum menurut WHO (1971)
Kesadahan dalam air
dinyatakan dalam Mili-Equivalent per liter (mEq/L). Dengan 1 mEq/L ion
penghasil kesadahan pada air sebanding dengan batasan kesadahan air 1-3 mEq/i
(50-150 ppm).
Ø Kerugian
–kerugian:
Air dengan batasan kesadahan lebih dari
3 mEq/l (150 ppm) akan menimbulkan kerugian-kerugian sebagai berikut:
Ø Batasan
kesadahan air
Lunak < 1m Eq/L
(50 ppm)
Agak keras 1-3 m Eq/L (50-150 ppm)
Keras 3-6 m Eq/L
(150-300 ppm)
Sangat keras > 6 mEq/L
Menyebabkan pemakaian sabun
meningkat karena sulit larut dan sulit berbusa. Bila air dididihkan akan
menimbulakan endapan dan kerak pada cerek/boiler. Penggunaan bahan bakar akan
meningkat, tidak efisien dan dapat meledakkan boiler
Menyebabkan biaya produksi yang
tinggi pada industri yang menggunakan air dengan kesadahan tinggi
C.
Parameter
kesadahan air
Penggunaan
paramater kesadahan total sering sekali membingungkan, oleh karena itu,
sebaiknya penggunaan parameter ini dihindarkan.
1.
GH
Kesadahan umum atau "General
Hardness" merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca++) dan
ion magnesium (Mg++) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi
nilai GH, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit
diukur sehingga diabaikan.
GH pada
umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part
per million /satu
persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH),
atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satu satuan
kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter
air. Di Amerika, kesadahan pada umumnya menggunakan satuan ppm CaCO3,
dengan demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17.8 ppm CaCO3. Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili
ekuivalen = 2.8 dH = 50 ppm. Perlu diperhatikan bahwa kebanyakan
teskit pengukur kesadahan menggunakan satuan CaCO3. Untuk
lebih jelasnya bacalah petunjuk pembacaan pada teskit yang anda miliki untuk
mengetahui dengan pasti satuan pengukuran yang digunakan, untuk menghindari
terjadinya kesalahan pembacaan.
Berikut
adalah kriteria selang kesadahan yang biasa dipakai:
·
0 - 4
dH, 0 - 70 ppm : sangat rendah (sangat
lunak)
·
4 - 8
dH, 70 - 140 ppm : rendah (lunak)
·
8 - 12 dH, 140 - 210 ppm :
sedang
·
12 - 18 dH, 210 - 320 ppm : agak
tinggi (agak keras)
·
18 - 30 dH, 320 - 530 ppm : tinggi
(keras)
Dalam
kaitannya dengan proses biologi, GH lebih penting peranananya dibandingkan
dengan KH ataupun kesadahan total Apabila ikan atau tanaman
dikatakan memerlukan air dengan kesadahan tinggi (keras) atau rendah
(lunak), hal ini pada dasarnya mengacu kepada GH. Ketidaksesuaian GH akan
mempengaruhi transfer hara/gizi dan hasil sekresi melalui membran dan dapat
mempengaruhi kesuburan, fungsi organ dalam (seperti ginjal), dan
pertumbuhan. Setiap jenis ikan memerlukan kisaran
kesadahan (GH) tertentu untuk hidupnya. Pada umumnya, hampir semua jenis
ikan dan tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi GH lokal, meskipun
demikian, tidak demikian halnya dengan proses pemijahan. Pemijahan
bisa gagal apabila dilakukan pada nilai GH yang tidak tepat.
Apabila
nilai GH terlalu rendah bagi suatu jenis ikan, ia dapat dinaikan dengan
menambahkan kalsium sulfat, magnesium sulfat, atau kalsium karbonat. Akan
tetapi perlu diperhatikan bahwa penambahan garam-garam tersebut membawa dampak
lain yang perlu medapat perhatian. Pemberaian garam sulfat akan memberikan
tambahan sulfat kedalam air, sehingga perlu dilakukan dengan hati-hati. Sedangkan penambahan garam karbonat akan menyumbangkan ion
karbonat kedalam air sehingga akan menaikkan KH. Untuk mendapat kondisi
yang diinginkan perlu dilakukan manipulasi dengan kombinasi pemberian yang
sesuai.
Penurunan nilai GH dapat dilakukan dengan
perlakuan-perlakuan yang mampu menghilangkan kadar kalsium (Ca) dan magnesium
(Mg) dari dalam air.
2.
KH
Kesadahan
karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan kandungan ion bikarbonat
(HCO3-) dan karbonat (CO3--) di dalam air. Dalam akuarium
air tawar, pada kisaran pH netral, ion bikarbonat lebih dominan, sedangkan pada
akuarium laut, ion karbonat lebih berperan.
KH sering disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari
kemampuan air untuk mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H+).
Oleh karena itu, dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat
kemasaman, kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan untuk
menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan kemampuan air
mengikat kemasaman, KH berperan sebagai agen pem-buffer-an yang berfungsi untuk
menjaga kestabilan pH.
KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan
dan diekspresikan dalam CaCO3 seperti halnya GH.
Kesadahan karbonat dapat diturunkan dengan merebus air yang
bersangkutan, atau dengan memperlakukan
air melewati gambut. Perlakuan perebusan air tentu saja tidak praktis, kecuali
untuk akuarium ukuran kecil.
Untuk menaikkan kesadahan karbonat dapat dilakukan dengan
menambahkan natrium bikarbonat (soda kue), atau kalsium karbonat.
Penambahan kalsium karbonat akan menaikan sekaligus baik KH maupun GH dengan
proporsi yang sama.
Pemberian soda kue (NaHCO3) sebanyak satu sendok
teh (sekitar 6 gram) pada air sebanyak 50 liter akan meningkatkan KH sebanyak 4
satuan tanpa disertai dengan kenaikan nilai GH. Sedangkan pemberian satu
sendok teh kalsium karbonat (CaCO3) (sekitar 4 gram) pada air
sebanyak 50 liter akan menyebabkan kenaikan KH dan GH secara bersama-sama,
masing-masing sebanyak 4 satuan. Berpatokan pada hal ini, maka pemberian secara
kombinasi antara soda kue dan kalsium karbonat akan dapat menghasilkan nilai KH
dan GH yang diinginkan.
Mengingat pengukuran bahan kimia dalam jumlah sedikit
relatif sulit dilakukan, khususnya di rumah, maka sebaiknya gunakanlah
test kit untuk memastikan nilai KH dan GH yang telah dicapai.
Pembuferan karbonat diketahui efektif pada rasio 1:100
sampai 100:1. Hal ini akan memberikan pH efektif pada selang 4.37 sampai
dengan 8.37. Selang angka ini secara kebetulan merupakan selang pH bagi
hampir semua mahluk hidup akuatik. Apabila ion bikarbonat
ditambahkan, rasio basa terhadap asam akan meningkat, akibatnya pH pun
meningkat. Laju peningkatan pH ini akan ditentukan oleh nilai pH awal.
Sebagai contoh, kebutuhan jumlah ion karbonat yang perlu ditambahkan
untuk meningkatkan satu satuan pH akan jauh lebih banyak apabila pH awalnya
adalah 6.3, dibandingkan apabila hal yang sama dilakukan pada pH 7.5.
Kanaikan pH yang terjadi pada saat KH ditambahkan akan
diimbangi oleh kadar CO2 terlarut dalam air. CO2 di dalam
air akan membentuk sejumlah kecil asam karbonat dan bikarbonat yang selanjutkan
akan cenderung menurunkan pH. Mekanisme ini setidaknya dapat memberikan
gambaran cara mengatur dan menyiasati pH dalam akuarium agar dapat memenuhi
kriteria yang diinginkan.
D. Penanganan/penanggulangan Kesadahan
Apabila air anda
terlalu keras untuk ikan atau tanaman, air tersebut dapat dilunakan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan kesadahan. Yang paling
baik adalah dengan menggunakan reverse osmosis (RO) atau deioniser (DI).
Celakanya metode ini termasuk dalam metode yang mahal. Hasil reverse
osmosis akan memiliki kesadahan = 0, oleh karena itu air ini perlu dicampur dengan
air keran sedemikian rupa sehingga mencapai nilai kesadahan yang
diperlukan.
Resin pelunak air
komersial dapat digunakan dalam skala kecil, meskipun demikian tidak efektif
digunakan untuk sekala besar. Produk-produk komersial pengolah air untuk
keperluan rumah tangga pada umumnya tidak cocok digunakan, karena mereka
sering menggunakan prinsip pertukaran kation dalam prosesnya. Dalam prosoes ini
natrium (Na) pada umumnya digunakan sebagai ion penukar, sehingga pada akhirnya
natrium akan berakumulasi pada hasil air hasil olahan. Kelebihan natrium
(Na) dalam air akuarium merupakan hal yang tidak dikehendaki.
Pengenceran dengan
menggunakan air destilasi (air suling/aquadest) dapat pula dilakukan untuk
menurunkan kesadahan. Penurunan secara alamiah dapat pula dilakukan dengan
menggunakan jasa asam-asam organik (humik/fulvik) , asam ini berfungsi persis
seperti halnya yang terjadi pada proses deionisasi yaitu dengan menangkap
ion-ion dari air pada gugus-gusus karbonil yang terdapat pada asam organik (tanian). Beberapa
media yang banyak mengandung asam-asam organik ini diantaranya adalah gambut
yang berasal dari Spagnum (peat moss),
daun ketapang, kulit pohon Oak, dll.
Proses dengan
gambut dan bahan organik lain biasanya akan menghasilkan warna air kecoklatan
seperti air teh. Sebelum gambut digunakan dianjurkan untuk direbus
terlebih dahulu, agar organisme-organisme yang tidak dikehendaki hilang.
Menurunkan
kesadahan dapat pula dilakukan dengan menanam tanaman "duck weed"
atau Egeria densa.
Untuk meningkatkan
kesadahan bisa dilakukan dengan memberikan dekorasi berbahan dasar kapur,
seperti tufa atau pasir koral. Atau dengan melalukan air melewati pecahan marble (batu marmer) atau bahan berkapur
lainnya.
Kesadahan air
dapat dikurangi sampai batas-batas yang telah direkomendasikan oleh WHO agar
tidak menimbulkan kerugian.
Cara mengurangi kesadahan
1.
Memasak
Proses pemanasan hanya untuk menurunkan
kesadahan yang sifatnya sementara, dan dapat diterapkan dalam skala rumah
tangga seperti merebus air sampai mendidih. Semakin lama pemanasan setelah
mendidih, dan penyimpanan air yang mendidih dalam termos, penurunan kesadahan
akan semakian besar. Untuk membersihkan kerak atau termos dapat diatasi dengan
pemberian larutan garam dapur (NaCl) jenuh.
Air
dimasak untuk mengeluarkan CO2 dan mengendapkan CaCO3
yang tidak terlarut.
Reaksi
kimia yang terjadi:
Ca(HCO3)2 à CaCO3 +H2O + CO2
Cara
ini sangat mahal bila digunakan untuk skala besar.
2.
Penambahan Kapur (Metode Clark)
Penambahan kapur pada air dengan kesadahan
sementara akan mengabsorbsi CO2 dan mengendapkan CaCO3
yang tidak terlarut.
Caranya: Kapur (quick lime) seberat 1 ons dimasukkan
pada setiap 700 galon air untuk setiap derajat kesadahan air (14,25 ppm).
Reaksi kimia yang terjadi:
Ca(OH)2 + Ca(HCO3)2
à 2CaCO3 +2H2O
3.
Penambahan Natrium Bikarbonat
Efektif digunakan untuk menghilangkan
kesadahan air sementara atau permanen.
Reaksi
kimia yang terjadi :
Na2CO3 + Ca(HCO3)2
à 2NaHCO3 + CaCO3
CaSO4 + Na2CO3
à CaCO3 + Na2SO4
4.
Proses Base Exchange
Dalam melakukan pelunakan terhadap suplai air
yang besar digunakan proses permutit. Natrium permutit adalah persenyawaan
kompleks dari sodium, aluminium dan silica (Na2Al,SiO,XH2O).
Pada proses permutit akan terjadi pertukaran
kation Na dengan ion Ca dan Mg ldalam air. Seluruh ion Ca dan Mg akan dilepas dengan base exchange dan natrium
permutit sehingga dilunakkan sampai kesadahan nol (zero hardness).
Air dengan kesadahan nol (zero hardness) bersifat korosif, untuk
itu hanya perlu dilakukan pelunakan air sampai dengan batasan agak keras yaitu
1-3 mEq/l.
5.
Proses
resin (ion exchange)
Resin adalah zat yang punya pori yang besar dan
bersifat sebagai penukar ion yang berasal dari polysterol, atau polyakrilat
yang berbentuk granular atau bola kecil dimana mempunyai struktur dasar
yang bergabung dengan grup fungsional kationik, non ionik/anionik atau asam.
Sering kali resin dipakai untuk menghilangkan molekul yang besar dari air
misalnya asam humus, liqnin, asam sulfonat. Untuk regenerasi dipakai garam
alkali atau larutan natrium hidroksida, bisa juga dengan asam klorida jika
dipakai resin dengan sifat asam. Dalam regenerasi itu dihasilkan eluen yang mengandung
organik dengan konsentrasi tinggi. Untuk proses air minum sampai sekarang hunya
dipakai resin dengan sifat anionik.
Resin penukar ion sintetis
merupakan suatu polimer yang terdiri dari dua bagian yaitu struktur fungsional
dan matrik resin yang sukar larut. Resin penukar ion ini dibuat melalui
kondensasi phenol dengan formaldehid yang kemudian diikuti dengan reaksi
sulfonasi untuk memperoleh resin penukar ion asam kuat.
Sedangkan untuk resin penukar ion
basa kuat diperoleh dengan mengkondensasikan phenilendiamine dengan formaldehid
dan telah ditunjukkan bahwa baik resin penukar kation dan resin penukar anion
hasil sintesis ini dapat digunakan untuk memisahkan atau mengambil garam –
garam.
Pada umumnya senyawa yang
digunakan untuk kerangka dasar resin penukar ion asam kuat dan basa kuat adalah
senyawa polimer stiren divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat
sehingga tidak mudah larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap
stabil pada suhu diatas 150oC.
Polimer ini dibuat dengan
mereaksikan stiren dengan divinilbenzena, setelah terbentuk kerangka resin
penukar ion maka akan digunakan untuk menempelnya gugus ion yang akan
dipertukarkan.
Resin penukar kation dibuat
dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut dengan gugus ion yang dapat
menghasilkan (melepaskan) ion positif. Gugus ion yang biasa dipakai pada resin
penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara pembuatannya dengan
sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena (matrik resin).
Resin penukar ion yang
direaksikan dengan gugus ion yang dapat melepaskan ion negatif diperoleh resin
penukar anion. Resin penukar anion dibuat dengan matrik yang sama dengan resin
penukar kation tetapi gugus ion yang dimasukkan harus bisa melepas ion negatif,
misalnya –N (CH3)3+ atau gugus lain atau
dengan kata lain setelah terbentuk kopolimer styren divinilbenzena (DVB), maka
diaminasi kemudian diklorometilasikan untuk memperoleh resin penukar anion.
Gugus ion dalam penukar ion
merupakan gugus yang hidrofilik (larut dalam air). Ion yang terlarut dalam air
adalah ion – ion yang dipertukarkan karena gugus ini melekat pada polimer, maka
ia dapat menarik seluruh molekul polimer dalam air, maka polimer resin ini
diikat dengan ikatan silang (cross linked) dengan molekul polimer
lainnya, akibatnya akan mengembang dalam air.
Mekanisme pertukaran ion dalam resin meskipun non
kristalisasi adalah sangat mirip dengan pertukaran ion- ion kisi kristal.
Pertukaran ion dengan resin ini terjadi pada keseluruhan struktur gel dari
resin dan tidak hanya terbatas pada efek permukaan. Pada resin penukar anion,
pertukaran terjadi akibat absorbsi kovalen yang asam. Jika penukar anion tersebut
adalah poliamin, kandungan amina resin tersebut adalah ukuran kapasitas total
pertukaran.
Dalam proses pertukaran ion
apabila elektrolit terjadi kontak langsung dengan resin penukar ion akan
terjadi pertukaran secara stokiometri yaitu sejumlah ion – ion yang
dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama akan dipertukarkan dengan
ion – ion yang muatannya sama pula dengan jumlah yang sebanding.
Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau
granular dengan struktur dari molekul yang panjang (hasil co-polimerisasi),
dengan memasukkan grup fungsional dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung dengan
ion pasangan seperti Na+, OH− atau H+. Senyawa
ini merupakan struktur yang porous. Senyawa ini merupakan penukar ion positif
(kationik) untuk menukar ion dengan muatan elektrolit yang sama (positif)
demikian sebaliknya penukar ion negatif (anionik) untuk menukar anion yang terdapat
di dalam air yang diproses di dalam unit “Ion Exchanger”.
Proses pergantian ion bisa “reversible” (dapat balik), artinya
material penukar ion dapat diregenerasi. Sebagai contoh untuk proses regenerasi
material penukar kationik bentuk Na+ dapat diregenerasi dengan
larutan NaCl pekat, bentuk H+ diregenerasi dengan larutan HCl
sedangkan material penukar anionik bentuk OH− dapat diregenerasi
dengan larutan NaOH (lihat buku panduan dari pabrik yang menjual material ini).
Regenerasi adalah suatu peremajaan, penginfeksian
dengan kekuatan baru terhadap resin penukar ion yang telah habis saat kerjanya
atau telah terbebani, telah jenuh. Regenerasi penukaran ion dapat dilakukan
dengan mudah karena pertukaran ion merupakan suatu proses yang reversibel yang
perlu diusahakan hanyalah agar pada regenerasi berlangsung reaksi dalam arah
yang berkebalikan dari pertukaran ion.
E. Analisis
Kesadahan Air
Untuk
menghilangkan kesadahan sementara ataupun kesadahan tetap pada air dapat
dilakukan dengan menggunakan :
·
Zeolit
Zeolit
berasal dari mineral Alumino silikat yang terdehidrasi dengan kation-kation
alkali dan alkali tanah, memiliki struktur dalam tiga dimensi yang tidak
terbatas dengan rongga-rongga. Adanya perbandingan silika dan aluminium yang
bervariasi, menghasilkan banyak jenis mineral zeolit yang terdapat di alam. cukup
menyediakan tong yang dapat menampung zeolit. Pada dasar tong sudah dibuat
keran. Air dilewatkan pada zeolit terlebih dahulu. Air yang telah dilewatkan
pada zeolit dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga, spserti mencuci,
mandi dan keperluan masak.
Zeolit
memiliki kapasitas untuk menukar ion, artinya anda tidak dapat menggunakan
zeolit yang sama selamanya. Sehingga pada rentang waktu tertentu anda harus
menggantinya.
·
Titrasi
kompleksometri
Yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks
atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana
titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks.
Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali
dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun
disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas,
dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti
yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air,
reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal
dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA
sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam
lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan
multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul,
misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat,
EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen
penyumbang dalam molekul (Rival, 1995).
Suatu
EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion
logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang
agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna
kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata
bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan
EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut
(Harjadi, 1993).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca,
Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi
kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks
dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan
pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat.
Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet;
xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat,
metafalein dan calcein blue (Khopkar, 2002).
Eriochrome Black T merupakan indikator kompleksometri yang merupakan bagian
dari titrasi kompleksometri, misalnya. dalam proses penentuan kekerasan
air. Ini adalah dye.It azo juga dikenal sebagai ET-00.
Dalam bentuk terprotonasi nya, Eriochrome Black T
biru. Berwarna merah ketika membentuk kompleks dengan kalsium, magnesium,
atau ion logam lainnya. rumus kimianya dapat ditulis sebagai HOC10H6N
= NC10H4 (OH) (NO2) SO3Na
Kesadahan
total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui
titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap
semua kation tersebut. Kejadian total tersebut dapat dianalisis secara terpisah
misalnya dengan metode AAS (Automic Absorption Spectrophotometry) (Abert
dan Santika, 1984). Asam Ethylenediaminetetraacetic dan garam sodium ini
(singkatan EDTA) bentuk satu kompleks kelat yang dapat larut ketika ditambahkan
ke suatu larutan yang mengandung kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil
Eriochrome Hitam T atau Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung
kalsium dan ion-ion magnesium pada satu pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi
berwarna merah muda. Jika EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan
magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika semua magnesium dan kalsium
telah manjadi kompleks, larutan akan berubah dari berwarna merah muda menjadi
berwarna biru yang menandakan titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus
muncul untuk menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk mememastikankan
ini, kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan buffer.
Penentuan
Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH untuk titrasi
adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T (EBT). Pada pH lebih tinggi, 12,
Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+
dengan indikator murexide. Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air
dapat di masking dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat
kadangkala juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca ataupun
hidroksinaftol. Seharusnya Ca tidak ikut terkopresitasi dengan Mg, oleh karena
itu EDTA direkomendasikan.
Kejelasan
dari titik- akhir banyak dengan pH peningkatan. Bagaimanapun, pH tidak dapat
ditingkat dengan tak terbatas karena akibat bahaya dengan kalsium karbonat
mengendap, CaCO3, atau hidroksida magnesium, Mg(OH)2 ,
dan karena perubahan celup warnai di ketinggian pH hargai. Ditetapkan pH dari
10,0 ± 0,1 adalah satu berkompromi kepuasan. Satu pembatas dari 5 min disetel
untuk jangka waktu titrasi untuk memperkecil kecenderungan ke arah CaCO3 pengendapan.
-
Metodologi
ü Alat dan
Bahan
o Alat
Peralatan yang digunakan adalah seperangkat alat titrasi dan
peralatan gelas yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia analitik.
o Bahan
1. Larutan buffer:
1) Dilarutkan 16,9 g ammonium klorida
(NH4Cl) dalam 143 mL ammonium hidroksida (NH4OH).
Kemudian ditambahkan 1,25 g garam magnesium dari EDTA (yang telah
distandardisasi) dan diencerkan ke dalam 250 mL aquades.
2) Jika garam magnesium dari EDTA tidak
ada, dilarutkan 1,179 g garam disodium dari ethylenediaminetetraacetic
aciddihydrate (reagen analitis) dan 780 mg magnesium sulfat (MgSO4 .7H2O)
atau 644 mg magnesium chloride (MgCl2 . 6H2O ) ke dalam
50 mL aquades. Kemudian ditambahkan ke dalam campuran ini 16,9 g NH4Cl
dan 143 mL NH4OH dengan pengadukan dan diencerkan sampai 250 mL
dengan aquades. Simpan larutan 1) atau 2) dalam suatu plastik atau gelas
borosilicate. Bagikan larutan buffer menggunakan pipet. Hentikan penambahan
larutan buffer ketika 1 atau 2 mL ditambahkan ke sampel tidak berhasil
menghasilkan satu pH dari 10,0 ± 0,1 pada titik akhir titrasi.
3) Preparasi salah satu buffer ini
dengan mencampurkan 55 mL HCl dengan aquades 400 mL dan kemudian, aduk dengan
perlahan dan tambahkan 300 mL 2-aminoethanol (bebas dari alumunium dan logam
lebih berat). Tambahkan 5 g garam magnesium dari EDTA dan encerkan hingga 1 L
dengan aquades.
2. Agen Complexing:
Adakalanya air mengandung ion yang
bertentangan memerlukan penambahan suatu agen complexing yang sesuai untuk
memberikan satu titik akhir, yaitu perubahan warna yang tajam pada titik-akhir.
Berikut adalah agen complexing tersebut:
1) Inhibitor I : Sesuaikan sampel asam ke pH 6 atau
lebih tinggi dengan larutan buffer atau 0,1 N NaOH. Tambahkan 250 mg
NaCN (bentuk serbuk). Tambahkan buffer secukupnya untuk menyesuaikan ke pH 10,0
±0,1 (AWAS: NaCN adalah sangat beracun).
2) Inhibitor II. : Larutkan 5 g sulfida sodium
nonahydrate (Na2S + 9 H2O) atau 3,7 g Na2S + 5H2O
dalam 100 mL aquades.
3) MgCDTA : garam magnesium dari 1,
2-cycclohexanediamine tetraacetic asam. Tambahkan 250 mg per 100 mL sampel dan
larutkan sebelum menambahkan larutan buffer.
3. Indikator:
Banyak jenis dari larutan indikator
telah diakui dan mungkin dipergunakan kalau ahli analisa mempertunjukkan bahwa
mereka menghasilkan nilai akurat. Kesulitan utama dengan larutan indikator
adalah kerusakan oleh waktu, dimana berakibat memberikan titik akhir yang tidak
jelas. Sebagai contoh, larutan alkalin dari Eriochrome Black T sensitif
terhadap oksidasi dan mengandung air atau larutan alkohol adalah tidak stabil.
1) Eriochrome Black T (EBT): Garam sodium dari asam
1-(1-hydroxy-2-naphthylazo)-5-Nitro-2-naphthol-4-sulfonic. Larutkan 0,5 g pada
100 g 2,2’,2”-nitrilotriethanol (juga disebut triethanolamine) atau 2-
methoxymethanol (juga disebut Ether ethylene glycol monomethyl). Tambahkan 2
tetes per 50 mL larutan untuk di titrasi.
2) Calmagite: Asam
1-(1-hydroxy-4-metil-2-phenylazo)-2-naphthol-4-sulfonic. Senyawa ini bersifat
stabil di larutan air dan menghasilkan perubahan warna yang sama seperti
Eriochrome Black T. Larutkan 0.10 g Calmagite pada 100 mL aquades. Gunakan 1 mL
per 50 mL larutan untuk di titrasi. Sesuaikan volume kalau perlu.
3) Indikator 1 dan 2 dapat digunakan
dalam bentuk serbuk kering untuk menghindari kelebihan indikator. Dipersiapkan
campuran kering dari indikator ini dan satu garam inert tersedia secara
komersial. Jika warna titik akhir dari indikator ini tidak jelas dan tajam, ini
biasanya memaksudkan bahwa satu agen complexing yang sesuai diperlukan. Kalau
inhibitor NaCN tidak menunjukan ketajaman pada titik akhir, mungkin indikator
dalam keadaan tidak baik.
4.
EDTA Titrant standar, 0,01 M :
Timbang 3.723 g disodium
ethylenediaminetetraacetate dihydrate, juga disebut dengan
etilendiamintetraasetat (EDTA), larutkan di dalam aquades, dan diencerkan pada
1000 mL. Standarkan dengan larutan kalsium standar (2e) sebagaimana diuraikan
dalam pada 3b di bawah. Karena titran mengekstrak kation dan menghasilkan kesadahan
dari wadah gelas plastik, maka lebih baik simpan di polyethylene atau gelas
botol borosilicate.
5. Larutan Kalsium standar :
Ditimbang 1,000 g serbuk CaCO3
anhidrat ke dalam satu 500 mL Erlenmeyer. tambahkan secara perlahan 1+1 HCL
hingga semua CaCO3 telah larut. Tambahkan 200 mL aquades dan aduk
untuk beberapa menit untuk mengusir CO2 . Tambahkan beberapa tetes
dari indikator metil merah, dan tambahkan 3N NH4OH atau 1+1
HCL hingga larutan berwarna orange, seperti yang diperlukan. Encerkan ke dalam
1000 mL dengan aquades; 1 mL = 1.00 mg CaCO3 .
-
Prosedur Kerja
a. Pembuatan
air limbah dan air limbah sampel
Digunakan asam nitrat-asam sulfat
atau asam nitrat- asam perchloric encer.
b. Titrasi
dari sample :
Pilih satu volume sampel yaitu yang
kurang dari 15 mL EDTA titrant dan dititrasi selama 5 menit, diukur dari waktu
dari penambahan buffer.
Encerkan 25.0 mL sampel ke dalam 50
mL aquades didalam kaserol porselin atau wadah lain yang sesuai. Tambahkan 1-2
mL larutan buffer. Biasanya 1 mL akan cukup untuk memberikan pH dari 10.0 ke
10.1. Munculnya satu warna titik-akhir yang tajam didalam titrasi biasanya
diartikan bahwa satu inhibitor harus ditambahkan dalam titik ini.
Tambahkan 1-2 tetes larutan
indikator atau formulasi indikator secukupnya. Tambahkan standar EDTA Titrant
perlahan-lahan, dengan pengadukan, hingga warna kemerah-merahan hilang.
Tambahkan beberapa tetes indikator pada rentang 3 sampai 5. Pada titik akhir
secara normal akan muncul warna biru. Cahaya matahari dan cahaya dari lampu
fluoresen sangat dianjurkan karena cahaya-cahaya tersebut dapat menunjukkan
titik-titik berwarna merah pada larutan yang berwarna biru pada saat titik
akhir titrasi.
Jika sampel cukup ada tersedia
dan pengganggu tidak ada, tingkatkan keakuratan dengan meningkatkan ukuran sampel,
sebagaimana diuraikan pada poin c di bawah.
c. Sampel
dengan kesadahan rendah :
Untuk air dengan kesadahan rendah
(kurang dari 5 mg / L), ambil suatu sampel dalam jumlah yang besar, 100-1000
mL, untuk dititrasi dan ditambahkan dengan sejumlah besar inhibitor,
buffer, dan indikator. Tambahkan larutan standar EDTA titrant perlahan-lahan
dari satu microburet dan dimulai dari blanko, gunakan air yang telah di
destilasi, didestilasi ulang atau air yang telah diionisasi dari volume yang
sama dengan sampel, dimana sejumlah serupa dari larutan buffer, inhibitor, dan
indikator telah ditambahkan sebelumnya. Ambil beberapa volume dari EDTA untuk
blanko dari volume dari EDTA yang digunakan untuk sampel.
-
Perhitungan
Kesadahan (EDTA) seperti mg CaCO 3
/L = (A x B X 1000)/ mL sampel
Dimana:
Dimana:
A = mL untuk sampel dan B = mg CaCO 3
ekivalen dengan 1.00 mL EDTA titrant.
F.
Studi Kasus
PENGARUH KETEBALAN KARBON AKTIF
SEBAGAI MEDIA
FILTER TERHADAP PENURUNAN KESADAHAN
AIR SUMUR ARTETIS
-
Karbon Aktif
Karbon aktif
adalah karbon yang
di proses sedemikian
rupa sehingga pori -porinya terbuka,
dan dengan demikian akan mempunyai daya
serap yang tinggi.
Karbon aktif merupakkan karbon
yang bebas serta memiliki permukaan dalam (internal
surfece), sehingga mempunyai serap
yang baik. Keaktifan daya menyerap
dari karbon aktif
ini tergantung dari
jumlah senyawa kabonnya
yang berkisar antara 85 % sampai 95% karbon bebas.
Karbon aktif
yang berwarna hitam, tidak berbau, tidak terasa dan mempunyai daya serap
yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan
kabon aktif yang
belum menjalani proses aktivasi, serta mempunyai permukaan yang luas, yaitu memiliki luas antara
300 sampai 2000 mg/gram. Karbon aktif
ini mempunyai dua bentuk
sesuai ukuran butirannya,
yaitu karbon aktif
bubuk dan karbon
aktif granular (butiran). Karbon
aktif bubuk ukuran diameter butirannya kurang dari atau sama dengan 325 mesh. Sedangkan karbon
aktif granular ukuran
diameter butirannya lebih besar
dari 325 mesh. Luas permukaan yang luas disebabkan karbon aktif mempunyai
kemampuan menyerap gas dan
uap atau zat
yang berada didalam suatu
larutan. Sifat karbon aktif yang dihasilkan tergantung dari bahan yang
digunakan, misalnya tempurung kelapa menghasilkan arang yang lunak dan cocok
untuk menjernihkan air.
Adapun keuntungan dari pemakaian karbon aktif ialah:
a. Pengoperasian mudah karena air
mengalir dalam media karbon.
b. Proses berjalan cepat karena
ukuran butiran karbonnya lebih besar.
c. Karbon tidak tercampur dengan
lumpur sehingga dapat diregenerasi.
- Daya Serap Karbon Aktif
Pada proses adsorbsi
ada dua yaitu
proses adsorpsi secara
fisika dan adsorpsi secara kimia.
Adsorpsi secara fisika yaitu proses
berlangsung cepat, dan dapat balik dengan
panas adsorpsi kecil (±5-6
kkal/mol), sehingga diduga
gaya yang bekerja di
dalamnya sama dengan
seperti cairan (gaya
Van Deer Wals). Unsur yang
terjerap tidak terikat
secara kuat pada
bagian permukaan penjerap. Adsorpsi fisika dapat balik
(reversibel), tergantung pada kekuatan daya tarik antar molekul penjerap
dan bahan terjerap
lemah maka terjadi proses
adsorpsi, yaitu pembebasan molekul
bahan penyerap. Adsorpsi
kimia adalah merupakan
hasil interaksi kimia antara
penjerap dengan zat-zat
terserap, kekuatan ikatan
kimia sangat bervariasi dan
ikatan kimia sebenarnya tidak benar-benar terbentuk tetapi kekuatan
adhesi yang terbentuk lebih kuat dibanding
dengan daya ikat penyerap fisika. Panas
adsorpsi kimia lebih
besar dibanding dengan
adsorpsi fisika (±10- 100 kkal/mol).
Pada proses kimia
tidak dapat balik (inreversibel) dikarenakan memerlukan energi
untuk membentuk senyawa
kimia baru pada
permukaan adsorben sehingga proses balik juga diperlukan energi yang
tinggi.
-
Proses Pembuatan Karbon Aktif
Secara umum dalam pembuatan karbon aktif terdapat dua tingkatan proses
yaitu :
a. Proses pengarangan (karbonisasi)
Proses ini merupakan
proses pembentukan arang
dari bahan baku.
Secara umum, karbonisasi sempurna
adalah pemanasan bahan
baku tanpa adanya udara,
sampai temperatur yang
cukup tinggi untuk
mengeringkan dan menguapkan
senyawa dalam karbon. Hasil yang diperoleh biasanya kurang aktif dan hanya
mempunyai luas permukaan
beberapa meter persegi
pergram. Selama proses
karbonisasi dengan adanya
dekomposisi pirolitik bahan
baku, sebagian elemen-elemen bukan
karbon, yaitu hydrogen
dan oksigen dikeluarkan dalam
bentuk gas dan
atom-atom yang terbebaskan
dari karbon elementer membentuk
Kristal yang tidak
teratur, yang disebut sebagai
Kristal grafit elementer. Struktur
kristalnya tidak teratur
dan celah-celah kristal ditempati oleh
zat dekomposisi tar.
Senyawa ini menutupi
pori-pori karbon, sehingga hasil
proses karbonisasi hanya mempunyai kemampuan adsorpsi yang kecil. Oleh karena
itu karbon aktif
dapat juga dibuat
dengan cara lain,
yaitu dengan mengkarbonisasi bahan
baku yang telah
dicampur dengan garam dehidrasi atau
zat yang dapat
mencegah terbentuknya tar,
misalnya ZnCl, MgCl, dan CaCl.
Perbandingan garam dengan bahan baku adalah penting untuk menaikkan sifat –
sifat tertentu dari karbon.
b. Proses aktivasi
Secara umum, aktivasi
adalah pengubahan karbon
dengan daya serap
rendah menjadi karbon yang
mempunyai daya serap
tinggi. Untuk menaikan
luas permukaan dan memperoleh karbon yang berpori, karbon diaktivasi,
misalnya dengan menggunakan uap panas, gas karbondioksida dengan temperatur
antara 700-1100°C, atau penambahan bahan-bahan mineral sebagai
activator. Selain itu
aktivasi juga berfungsi
untuk mengusir tar yang melekat pada permukaan dan pori-pori
karbon. Aktivasi menaikan luas permukaan dalam (internal area), menghasilkan volume
yang besar, berasal
dari kapiler-kapiler yang
sangat kecil, dan mengubah permukaan dalam dari stuktur pori.
-
Kegunaan Karbon Aktif Dalam Penurunan Kesadahan
Karbon aktif dapat
digunakan sebagai bahan
pemucat, penyerap gas, penyerap
logam, menghilangkan polutan
mikro misalnya zat organic,
detergen, bau, senyawa phenol
dan lain sebagainya.
Pada saringan arang
aktif ini terjadi proses adsorpsi, yaitu
proses penyerapan zat - zat
yang akan dihilangkan
oleh permukaan arang aktif,
termasuk CaCO3 yang
menyebabkan kesadahan. Apabila
seluruh permukaan arang
aktif sudah jenuh,
atau sudah tidak
mampu lagi menyerap maka kualitas
air yang disaring sudah
tidak baik lagi,
sehingga arang aktif harus
diganti dengan arang
aktif yang baru.
Banyak penelitian yang mempelajari tentang
manfaat/kegunaan dari kegunaan
karbon aktif yang
dapat menyerap senyawa organik maupun anorganik,
penyerap gas, penyerap
logam, menghilangkan polutan
mikro misalnya detergen, bau,
senyawa phenol dan
lain sebagainya. Pada saringan
arang aktif ini
terjadi proses adsorpsi,
yaitu proses penyerapan zat-zat
yang akan dihilangkan
oleh permukaan arang
aktif.
-
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
adalah eksperimen murni ( True
Experiment) dengan rancangan eksperimental
non random atau disebut
juga Randomized pretest-posttest
control group design,
yaitu subjek dibagi
dalam dua kelompok. Kelompok pertama merupakan unit
percobaan untuk perlakuan dan kelompok kedua merupakan kelompok control.
Kemudian dicari perbedaan antara pengukuran dari keduanya, dan perbedaan ini
dianggap sebagai akibat perlakuan. pada pemeriksaan awal bahwa tingkat kesadahan paling tinggi
terjadi pada saat sore hari.
Tempat penelitian akan dilaksanakan di
wilayah RW II Kelurahan Sendangguwo
Kecamatan Tembalang
Kota Semarang. Pengolahan
data berupa :
(1) Editing, (2) Coding, (3) Entri data. Analisis data :
(1) Analisis Deskriptif, (2) Analisis Analitik, (3) Uji mann Whitney.
-
Hasil Dan Pembahasan
Analisis Deskriptif
Sumber penyediaan air bersih di
RW II menurut data yang diperoleh dari profil RW II
tahun 2008 terdiri
dari air sumur dangkal, air PDAM, dan
air sumur artetis. Jumlah tertera pada tabel 1
Penelitian ini akan dilaksanakan
kurang lebih selama 1 hari, dan 1 minggu
untuk pemeriksaan sampel. Penelitian akan dilaksanakan pada sore hari, hal ini didasarkan
Tabel 1
Jumlah Sarana Penyediaan Air Bersih RW II Tahun 2008
No
|
Jenis Sarana Air Bersih
|
Jumlah
|
%
|
1.
|
Sumur Gali
|
250
|
98,04
|
2.
|
PDAM
|
4
|
1,54
|
3.
|
Sumur Artetis
|
1
|
0,39
|
|
Jumlah
|
255
|
100
|
Sumber : Laporan RW II Tahun 2008
Tabel 1 di atas menunjukkan jumlah sarana air bersih yang ada di RW II
tahun 2008 yaitu mayoritas sumur
gali 250 (98,04%),
dan hanya 0,39%
menggunakan sumur artetis.
Hasil pengukuran yang dilakukan terhadap 40
air sampel yang diambil dari air sumur
artetis sebagai sampel
yaitu terdiri dari
4 sampel air pretest,
9 sampel air kontrol, dan 27 sampel air sesudah
melewati filter karbon aktif berdasarkan ketebalan yang berbeda.
Pengambilan dan pemeriksaan
sampel air dari
alat sederhana, dilaksanakan pada
hari yang sama dan waktu yang sama yaitu pada hari 14 mei 2009.
Tabel 2
Kesadahan Air Sumur Artetis Sebelum Perlakuan
Perlakuan
|
n
|
Sebelum Perlakuan
|
|||
Minimum
|
Maksimum
|
Mean
|
Standar Deviasi
|
||
Kontrol
|
9
|
519.7
|
519.7
|
519.7
|
.0000
|
Ketebalan 60 cm
|
9
|
492.6
|
492.6
|
492.6
|
.0000
|
Ketebalan 70 cm
|
9
|
512.5
|
512.5
|
512.5
|
.0000
|
Ketebalan 80 cm
|
9
|
507.2
|
507.2
|
507.2
|
.0000
|
Tabel 2 menunjukkan hasil kesadahan sebelum melewati filter karbon aktif.
Dari tabel tersebut dapat dilihat, bahwa rata-rata penurunan kesadahan terbesar
adalah pada filter dengan kontrol, dan rata-rata kesadahan terkecil pada filter
dengan ketebalan 60 cm.
Analisis Analitik
Perbedaan penurunan
antar variabel dapat
dilihat dengan uji
Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney antar variabel adalah sebagai
berikut:
No.
|
Uji Mann-Whitney
|
Signifikan
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Kontrol/tanpa perlakuan
dengan ketebalan 60 cm
Kontrol/tanpa perlakuan
dengan ketebalan 70 cm
Kontrol/tanpa perlakuan
dengan ketebalan 80 cm
Ketebalan 60 cm dengan
kontrol/tanpa perlakuan
Ketebalan 60 cm dengan
ketebalan 70 cm
Ketebalan 60 cm dengan
ketebalan 80 cm
Ketebalan 70 cm dengan
kontrol/tanpa perlakuan
Ketebalan 70 cm dengan
ketebalan 60 cm
Ketebalan 70 cm dengan
ketebalan 80 cm
Ketebalan 80 cm dengan
kontrol/tanpa perlakuan
Ketebalan 80 cm dengan
ketebalan 60 cm
Ketebalan 80 cm dengan
ketebalan 70 cm
|
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
|
Hasil uji Mann-Whitney yang ditunjukkan pada tabel 3.7, menunjukkan bahwa
semua perlakuan nilai p 0,000 (<0,05), artinya bahwa ada perbedaan penurunan
kesadahan berdasarkan ketebalan filter karbon aktif terhadap masing-masing
perlakuan.
Pembahasan
Penelitian tentang
penurunan kesadahan tersebut
dengan menggunakan filter karbon
aktif, menunjukkan bahwa :
Suhu
Pengukuran suhu dilakukan di laboratorium STIKES HAKLI Semarang, pada
tanggal 14
mei 2009 dengan menggunakan thermometer. Dilakukan pada dua sampel
pretest (sebelum perlakuan) dan 36 sampel air
yang diambil dari sampel air
kontrol dan sampel air
sesudah melewati filter.
Menurut buku Pedoman
Teknis Perbaikan Kualitas Air
(Edisi II) Departemen
Kesehatan RI, kesadahan
sementara dapat diturunkan melalui
proses pemanasan sehingga
dapat diartikan bahwa
suhu mempengaruhi proses penurunan kesadahan.
Suhu
dapat mempengaruhi proses
penurunan kesadahan apabila
suhu terlalu rendah (<25°C),
dan suhu terlalu tinggi (>30°C). Pada
table 3.3 menunjukkan bahwa suhu tidak
mengalami perubahan yang
cukup jauh, yaitu
± 2°C dari
suhu sebelum dilakukan perlakuan
(suhu awal) yaitu
29.8°C. Hal ini
berarti suhu tidak mempengaruhi dalam penurunan kesadahan.
pH
Pengukuran pH
dilakukan di laboratorium STIKES HAKLI pada
tanggal 14 mei 2009
dengan menggunakan kertas
lakmus. Pengukuran pH
dilakukan pada 4 sampel pretest dan
36 sampel (sampel
air kontrol dan
sampel air sesudah melewati filter karbon aktif).
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa ada
perubahan atau perbedaanEksplanasi
Volume 5 Nomor 2 Edisi Oktober
2010 9 pH sebelum dilakukan
perlakuan dan sesudah melewati filter karbon aktif. Perubahan yang terjadi
yaitu dengan penurunan pH setelah melewati filter karbon aktif. Menurut Sri
Sumestri dan G.
Alaerts, bahwa pH
yang tinggi dapat menyebabkan ion-ion kesadahan menjadi mengendap, sebagai
Mg(OH)2 dan CaCO3. Biasanya terjadi pada
kisaran pH diatas
9 sampai 10.
Dari hasil pengukuran
yang dilakukan, ternyata pH berkisar antara 6.3 – 7.3. Hal ini
menunjukkan bahwa pH tidak mempengaruhi perlakuan, karena masih berada pada
kisaran dibawah pH 9 sampai 10.
Kesadahan
Pengukuran kesadahan
dilakukan di Laboratorium
STIKES HAKLI Semarang, dengan
menggunakan titrasi EDTA
(prosedur pemeriksaan kesadahan, terdapat pada prosedur
penelitian).
Tabel 3
menunjukkan bahwa rata-rata
kesadahan air sumur
artetis sebelum perlakuan 519.7mg/l.
Jika dibandingkan dengan
standar kualitas air
bersih menurut Permenkes RI No
907/Menkes/SK/VII/2002
sebesar 500 mg/l, angka
tersebut telah melebihi standart
atau tidak memenuhi
syarat. Akibatnya apabila
air tersebut dikonsumsi, maka
akan berdampak bagi
kesehatan yaitu penyumbatan
pembuluh darah jantung dan batu ginjal.
Pengaruh Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis
Karbon aktif sangat
berpengaruh terhadap penurunan kesadahan
karena sifat dari masing - masing bahan filter tersebut dapat menurunkan
kesadahan. Karbon aktif adalah
karbon yang diproses
sedemikian rupa sehingga
pori - porinya
terbuka, dan dengan demikian akan mempunyai daya serap yang dapat menghilangkan partikel –
partikel dalam air
dan menurunkan tingkat
kesadahan. Karbon aktif
disini yang digunakan adalah
tempurung kelapa. Karbon
aktif merupakan karbon
yang akan membentuk (amorf), yang
sebagian besar terdiri
dari karbon yang
bebas serta memiliki permukaan
dalam ( internal surface ), sehingga mempunyai daya serap yang baik. Sedangkan karbon aktif granular ukuran
diameter butirannya lebih besar dari 325 mesh.
Karbon aktif yang
berwarna hitam, tidak berbau,
tidak berasa, dan kelebihan dari karbon
aktif ini mempunyai
daya serap yang
jauh lebih besar
dibandingkan dengan karbon yang
belum menjalani proses aktivasi,
serta mempunyai permukaan
yang luas, yaitu
antara 300 sampai
2000 m/gram. Luas
permukaan yang luas disebabkan karbon
mempunyai kemampuan menyerap
gas dan uap
atau zat yang berada didalam suatu larutan.
Sifat fisik
karbon aktif yang
dihasilkan tergantung pada
kekuatan daya tarik molekul penjerap maka terjadi proses
absorpsi dari bahan yang digunakan, misalnya, tempurung kelapa menghasilkan
arang yang lunak dan cocok untuk menjernihkan air, yaitu proses penyerapan zat
- zat yang akan dihilangkan oleh permukaan arang aktif, termasuk CaCO3 yang
menyebabkan kesadahan. Adsorpsi kimia adalah merupakkan hasil interaksi
kimia sangat bervariasi
dan ikatan kimia
sebenarnya tidak benar–benar terbentuki tetapi kekuatan adhesi
yang terbentuk lebih kuat dibanding
dengan daya ikat penyerap
fisika. Panas adsorpsi
kimia lebih besar
dibanding dengan adsorpsi fisika
(±10-100 kkal/mol).
Pada proses kimia tidak dapat balik (inreversibel) dikarenakan memerlukan
energi untuk membentuk
senyawa kimia baru
pada permukaan adsorben sehingga proses balik juga diperlukan energi
yang tinggi.
Kemampuan karbon aktif menyerap secara kimia adalah tersuspensinya kedalam
air sampel sehingga karbon aktif yang tersuspensi berpengaruh terhadap pengikat
ion Mg dan Ca. Proses reaksi kimianya sebagai berikut:
C 4+ + 3H2Oà 2CO3 + H2
Proses pertukaran
ion Ca2+ dan Mg2+ sangat cepat
antara ( 20-30 menit ), dengan
terbentuknya endapan CaCO3
atau MgCO3 berarti air tersebut telah bebas dari ion Ca2+dan
Mg2+ atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas dari
kesadahan.
Hasil perhitungan
statistik dengan menggunakan
uji Kruskal-Wallis, menunjukkan
nilai p < 0,05, berarti ada pengaruh ketebalan filter karbon aktif dengan
ketebalan 60 cm, 70 cm dan
80 cm sebagai
media filter terhadap
penurunan kesadahan air sumur artetis dan penurunan kesadahan yang
paling tinggi terjadi pada filter dengan ketebalan 80 cm. Ketebalan karbon aktif dengan ketebalan 80 cm
disini terjadi penurunan yang
lebih baik dari
pada ketebalan 60
cm ataupun ketebalan
70 m, karena karbon aktif mempunyai daya serap yang tinggi. Dalam
penelitian ini hasil yang paling baik adalah karbon aktif dengan ketebalan
filter 80 cm yang mengalami penurunan kesadahan yang sangat baik sendiri, hal
ini dikarenakan filtrasi yang digunakan sesuai dengan metode yang semakin
tebal media maka
hasil yang diperoleh
akan semakin baik.
Dalam penelitian disini kontrol juga sudah mengalami sedikit penurunan,
hal ini disebabkan karena terjadi proses
pengendapan, tetapi penurunannya belum bisa dikatakan efektif karena
kesadahannya masih tinggi, sehingga lebih baik menggunakan metode dengan
filtrasi karbon aktif dengan ketebalan 80 cm. Menurut hasil penelitian Sularso,
bahwa semakin tebal media
semakin bagus hasil
yang di dapat
sehingga apabila dengan susunan tersebut ditambah ketebalan
medianya akan menurunkan lebih baik lagi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesadahan air didefinisikan sebagai kemampuan air untuk mengendapkan sabun,
sehingga keaktifan/ daya bersih sabun menjadi berkurang atau hilang sama
sekali. Kesadahan
atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab
air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+.
Atau dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal
(logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dan Zn dalam bentuk garam
sulfat, klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil.
Cara mengurangi kesadahan
ü
Memasak
ü
Penambahan Kapur (Metode Clark)
ü
Penambahan Natrium Bikarbonat
ü
Proses Base Exchange
Cara untuk
menganalisis kesadahan air, bisa dengan zeolit dan titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks
(ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis
titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa
kompleks.
Perolehan informasi dari sudy kasus yaitu Persentase penurunan kesadahan
air sumur artetis setelah melewati filter karbon aktif yang tertinggi pada
ketebalan 80cm (86%) sedangkan yang terendah pada filtrasi ketebalan 60cm
(59%). Hasil uji Kruskal-Wallis diperoleh mean rank
yang paling tinggi adalah
32.00 yaitu penurunan
kesadahan yang paling
efektif pada ketebalan filter 80cm (Mean Rank = 32). Ada Pengaruh ketebalan karbon
aktif sebagai media filter
terhadap penurunan kesadahan air sumur artetis
(p=0,000).
DAFTAR PUSTAKA
Amsyari, F. Penggunaan Karbon
Aktif Dan Pemanfaatannya. 2006. http://kampoengmanik.multiply.com. Diakses 3
maret 2009.10:00.
Anggoro
Pratama. Air Bersih.
http//www.wiordpress.com. Diakses 3
maret 2009.10:30
Anonim,
2008, Water Hardness: EDTA Titrimetric Method, New York USA Albert dan Santika, Sri Sumestri,
1984, Metode Penelitian Air, ITS Press, Surabaya
Anwar Hadi. Prinsip
Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. 2005. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Hal 22-35.
Ari Seno. 2009. Hasil
Pemeriksaan Laboratorium STIKES HAKLI Semarang.
Bintoro. 2007. Penentuan
Kesadahan Sementara dan Kesadahan
Permanen. Hal 34-39.
Budiman
Chandra ,2006, Ilmu Kedokteran pencegahan dan komunitas, penerbit buku kedookteran
EGC ,Jakarta
Fardiaz, Srikandi. 2005. Polusi
Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. Hal 19-21.
Giwangkara,
E., 2008, http://persembahanku.wordpress.com/2006/09/29/mengapa mandi dipantai boros
sabun.
IBSN. 2008. Air
Sadah. http://ekoph.wordpress.com. Diakses Tanggal 2 Maret 2009, 10:00.
Indriati. 2002.
Pengaruh ketebalan arang
aktif Tempurung Kelapa
Terhadap Penurunan Tingkat
Kekeruhan Pada Sumur Gali. (Karya Ilmiah).UMS.
Kemas Ali Hanafi. 2003.
Rancangan Percobaan, Teori
dan Aplikasi, Edisi Ketiga.
Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Hal 33-56.
Khopkar,
S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerjemah : A. Saptorahardjo,
UI-Prees, Jakarta
Murti, S dan Rahmawati, Minta, 1994, Zeolit Tinjauan Literatur, Pusat Dokumentasi
dan Informasi Ilmiah LIPI, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar