PAPER KIMIA ANORGANIK II
DERET VOLTA DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI
POTENSIAL ELEKTRODA STANDAR
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Kimia Anorganik
Disusun
Oleh Kelompok 9 :
Reza Radiyatul
Jannah 24030110130058
Bani Amanullah Prasojo 24030110130062
Linda Karlina 24030110110039
Indah Ilmiyatul
Mufida 24030110120012
Restu Arie
Wijayanti 24030110120038
Sri Eny Suharini 24030110120008
Zulfa Ifary Zain 24030110110043
Kartika Eka
Prasetia 24030110120044
Ina Triavia 24030110120024
Cahya Perwira Tami 24030110120030
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
Kata Pengantar
Puji
dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis,
sehingga penyusunan paper berjudul “Deret
Volta dan faktor-faktor yang mempengaruhi elektroda standart” ini
dapat terselesaikan. paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia
Anorganik II.
Dalam
penyusunan paper ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa,penulis tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa.
Proses penulisan karya ilmiah ini tidak
terlepas dari bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat : Bu Dra. Taslimah M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Kimia
Anorganik II dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis juga
berharap semoga paper ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
semua pihak.
Semarang,
18 Desember 2011
Penulis
DERET VOLTA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
POTENSIAL ELEKTRODA STANDAR
1. Deret volta
Deret
volta disebut juga deret kereaktifan logam atau deret
potensial logam
Berdasarkan
kegunaannya, sel Volta dibedakan atas dua macam :
a. Sel
Volta untuk penentuan pH larutan, energi reaksi, kelarutan garam dsb.
b. Sel
Volta untuk menghasilkan tenaga listrik, misalnya untuk penerangan, penggerak
motor, radio transistor dan kalkulator.
Deret volta juga dapat menjelaskan reaksi logam dengan logam lain.
misalnya, logam Zn dimasukkan ke dalam larutan CuSO4. Reaksi yang
terjadi adalah Zn mereduksi Cu2+ (berasal dari CuSO4) dan
menghasilkan endapan logam Cu terletak di sebelah kiri Cu
Zn
(s) + CuSO4(aq) à ZnSO4(aq)
+Cu(s)
atau
Zn(s)
+ Cu2+(aq) à Zn2+ (aq) + Cu(s)
Perkiraan berlangsungnya reaksi
dapat terlihat dari nilai E selnya. Apabila nilai E selnya
positif berarti reaksi akan berlangsung, tetapi kalau nilai E selnya
berharga negatif, reaksi tidak akan berlangsung. Selain dilihat dari nilai E
sel, keberlangsungan reaksi dapat diperkirakan dari deret volta, yaitu
Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-(H)-Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Pada Deret Volta, unsur logam
dengan potensial elektrode lebih negatif ditempatkan di bagian kiri, sedangkan
unsur dengan potensial elektrode yang lebih positif ditempatkan di bagian
kanan.
Makin ke kanan, logam semakin kurang reaktif (sukar melepas
elektron) sehingga lebih mudah direduksi namun sukar dioksidasi. Sehingga
merupakan oksidator kuat.
Makin ke kiri, logam makin reaktif (mudah melepas elektron)
sehingga mudah dioksidasi namun sukar direduksi. Sehingga merupakan reduktor
kuat.
1.1 Reaksi-reaksi dengan deret volta
L(s) + M+(aq) à
L+(aq) + M(s)
Reaksi ini berlangsung dengan syarat logam L
terletak di sebelah kiri dari logam M. Reaksi ini disebut juga reaksi
pendesakan dalam deret volta dengan pengertian logam L yang bebas (atomik) di
sebelah kiri mendesak logam M yang terikat (bentuk ion/garam) di sebelah kanan.
Logam L yang mendesak lebih aktif dibanding logam M yang didesak.
Contoh reaksi berlangsung:
Mg(s)
+ Zn2+ (aq) à Mg2+ (aq)
+ Zn(s)
Ni(s)
+ Pb(NO3)2(aq) à Ni(NO3)2(aq)
+ Pb(s)
Fe(s)
+ 2 Ag+(aq) à Fe2+(aq)
+ 2 Ag(s)
NiSO4(aq)
+ Zn(s) à Ni(s) + ZnSO4(aq)
Cu2+(aq)
+ Ca(s) à Cu(s) + Ca2+(aq)
Perhatikan logam bebas (atomik) mendesak logam
terikat (bentuk ion/
garam). Dalam deret volta semua logam bebas berada di sebelah kiri logam
terikat. Jika kelima contoh reaksi di atas dihitung potensial selnya, maka
akan bertanda positif.
garam). Dalam deret volta semua logam bebas berada di sebelah kiri logam
terikat. Jika kelima contoh reaksi di atas dihitung potensial selnya, maka
akan bertanda positif.
Contoh reaksi tidak berlangsung:
Ni(s) + Zn2+(aq) tidak terjadi reaksi
2 Ag(s) + FeSO4(aq) tidak
terjadi reaksi
Pb(s) + MnSO4(aq) tidak terjadi reaksi
Ni2+(aq) + Cu(s) tidak
terjadi reaksi
ZnSO4(aq) + Sn(s). tidak
terjadi reaksi
Perhatikan logam bebas (atomik) berada di sebelah
kanan logam terikat (bentuk ion/garam) dalam deret volta. Berarti kelima reaksi
di atas tidak berlangsung (tidak terjadi reaksi). Jika dihitung potensial sel,
maka akan berharga negatif.
2. Notasi Sel Volta
Sel Volta dinotasikan dengan cara yang telah disepakati
yaitu disebut dengan diagram sel. Misalnya untuk rangkaian sebelumnya, yaitu
Anode
( reaksi oksidasi ) : Zn(s)—>Zn2+(aq)+2e-
Katode
( reaksi reduksi ) : Cu2+(aq)+2e-—>Cu(s)
Reaksi sel: Zn(s) + Cu2+(aq)—>
Zn2+(aq) + Cu(s), Maka diagram selnya dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Zn(s) | Zn2+(aq) || Cu2+(aq)
| Cu(s)
Anoda (setengah sel oksidasi)
dituliskan di sebelah kiri dan katode (setengah sel reduksi) dituliskan di
sebelah kanan. Kemudian satu garis sejajar (|) menyatakan batas fasa yaitu
adanya fasa yang berbeda, namun jika fasanya sama maka digunakan tanda koma.
Dua garis sejajar (||) menyatakan jembatan garam yang memisahkan anode dengan
katode. Untuk elektroda yang tidak bereaksi ditulis dalam notasi diujung kiri
dan ujung kanan diagram sel.
3. Macam-macam sel volta
3.1 Sel
Aki
·
Pada aki, PbO2 sebagai katoda dan H2SO4 sebagai
elektrolit. Sel jenis ini termasuk sel sekunder karena zat-zat hasil reaksi
dapat diubah menjadi zat-zat semula
·
Sel aki merupakan sel galvani yang dihubungkan
seri untuk menghasilkan suatu voltase yang lebih besar.
·
Suatu sel aki 6 V tersusun dari tiga sel yang
dihubungkan secara seri. Masing-masing sel menghasilkan ± 2V.
3.2 Sel
kering atau baterai kering (Sel Leclanche)
·
Baterai kering ditemukan oleh Leclanche yang
mendapat hak paten atas penemuan itu pada tahun 1866.
·
Sel Leclanche terdiri atas suatu silinder seng
yang berisi pasta dari campuran batu kawi (MnO2), salmiak (NH4Cl), karbon (C),
dan sedikit air.
·
Seng sebagai anoda dan katodanya berua elektroda
inert yaitu grafit yang dicelupkan di tengah-tengah pasta. Pasta berfungsi
sebagai oksidator.
3.3 Baterai
Nikel Kadmium
Baterai Nikel Kadmium adalah baterai kering yang dapat diisi kembali. Sel
jenis ini dapat menghasilkan potensial ± 1,4 V dan dapat digunakan untuk
baterai alat elektronik.
3.4 Baterai Merkurium
·
Baterai merkurium merupakan baterai kecil
pertama yang dikembangkan secara komersil pada awal tahun 1940-an.
·
Anoda berupa logam seng dan katoda berupa
merkurium (II) oksida
·
Elektrolit yang digunakan larutan potassium
hidroksida (KOH) pekat.
·
Potensial yang dihasilkan ± 1,35 V.
·
Keuntungan baterai ini adalah potensial yang
dihasilkan mendekati konstan.
4. Potensial
Elektroda standar
Potensial elektroda tidak dapat diukur.
Yang dapat diukur adalah beda potensial dari kedua elektroda (dalam suatu
sel).Untuk itu perlu suatu elektroda yang potensialnya diketahui dan ini tidak
ada. Oleh karena itu dipilih elektroda hidrogen standar sebagai pembanding, dengan
konvensi bahwa elektroda ini mempunyai potensial sama dengan nol.
Untuk mengetahui potensial dari
suatu elektroda, maka disusun suatu sel yang terdiri dari elektroda tersebut
dipasangkan dengan elektroda hidrogen standar (Standard Hydrogen Electrode).
Potensial suatu elektroda C
didefinisikan sebagai potensial sel yang dibentuk dari elektroda tersebut
dengan elektroda hidrogen standar, dengan elektroda C selalu bertindak sebagai katoda.
Sebagai contoh potensial elektroda Cu2+/Cu adalah untuk sel :
Karena pada adalah nol, maka :
Jika diperoleh Esel untuk sel diatas
adalah 0,337 V, jadi . Nilai potensial elektroda bukan
nilai mutlak, melainkan relatif terhadap elektroda hidrogen. Karena potensial
elektroda dari elektroda C
didefinisikan dengan menggunakan sel dengan elektroda C bertindak sebagai katoda (ada di
sebelah kanan pada notasi sel), maka potensial elektroda standar dari elektroda
C sesuai
dengan reaksi reduksi yang terjadi pada elektroda tersebut. Oleh karena itu
semua potensial elektroda standar adalah potensial reduksi.
Dari definisi ,
Kanan dan kiri disini hanya
berhubungan dengan notasi sel, tidak berhubungan dengan susunan fisik sel
tersebut di laboratorium.
Jadi yang diukur di laboratorium
dengan potensiometer adalah emf dari sel sebagai volta atau sel galvani, dengan
emf > 0. Sebagai contoh untuk sel yang terdiri dari elektroda seng dan
elektroda hidrogen dari pengukuran diketahui bahwa elektron mengalir dari seng
melalui rangkaian luar ke elektroda hidrogen dengan emf sel sebesar 0,762 V.
Jika potensial elektroda berharga
positif, artinya elektroda tersebut lebih mudah mengalami reduksi daripada H+,
dan jika potensial elektroda berharga negatif artinya elektroda tersebut lebih
sulit untuk mengalami reduksi dibandingkan denga H+.
Potensial elektroda seringkali
disebut sebagai potensial elektroda tunggal, sebenarnya kata ini tidak tepat
karena kita tahu bahwa elektroda tunggal tidak dapat diukur.
5.
Standarisasi
potensial
Bila elektroda Cu/CuSO4 dalam sel Daniell diganti
dengan elektroda Ag/AgNO3, potensial sel adalah 1,56 V, yang lebih
besar dari potensial sel Daniell. Jadi potensial sel bervariasi dengan cukup
besar bergantung jenis bahan elektroda. Jadi, metoda berikut digunakan untuk
membandingkan potensial berbagai jenis sel.
Standardisasi potensial
1.
Konsentrasi
dan temperatur larutan elektrolit dipertahankan pada konsisi tetap, yakni 1
molar dan 25 C (S.T.P). Nilai percobaan diekstrapolasikan ke nilai standar ini.
2.
Sebuah
sel disusun dengan elektroda umum yang berperan sebagai elektroda standar.
3.
Potensial
sel ditentukan termasuk tandanya (yakni elektroda mana yang akan berperan
sebagai elektroda positif ditentukan).
4.
Berdasarkan
definisi, kontribusi elektroda standar pada potensial sel adalah nol. Maka
perbedaan potensial adalah nilai khas elektroda tersebut. Nilai ini yang
disebut dengan potensial elektroda normal elektroda tersebut.
5.
Potensial
sel sama dengan jumlah potensial standar elektrodanya.
Dalam elektroda hidrogen normal, yang terdiri atas hidrogen
dan asam khlorida, H2 (g,1 atm)/H+ (HCl, 1 mol dm-3),
digunakan sebagai elektroda standar. Dalam elektroda ini, gas hidrogen
berkontak dengan larutan yang mengandung proton (biasanya asam khlorida).
Karena hidrogen bukan konduktor, pelat platina teraktivasi digunakan sebagai
pelat elektroda. Reaaksi elektrodanya adalah
1/2 H2 H+ + e- (10.13)
Diasumsikan bahwa platina akan mengkatalisis pemecahan
molekul hidrogen menjadi atom hodrogen. Kemudian sangat besar kemungkinannya
atom hidrogen ini akan terlibat dalam reaksi elektroda.
6.
Potensial elektroda normal
Potensial sel yang terdiri atas pasangan elektroda hidrogen
normal (H/H+) dan elektroda Zn/ZnSO4 dinormalkan (Gambar
10.3) adalah -0,763 V. Catat bahwa reaksi elektroda yang terjadi adalah
1/2 H2 + 1/2 Zn2+
à H++ 1/2 Zn (10.14)
Bukan.
H++ 1/2 Zn à
1/2 H2 + 1/2 Zn2+ (10.15)
Namun, dengan memperhatikan kecenderungan ionisasi, yang
bawah yang lebih mungkin terjadi. Nilai negatif potensial menunjukkan bahwa
kesukaran terjadinya reaksi pertama.
Gambar 10.3 Potensial elektroda standar. Dari percobaan ini,
potensial elektroda reaksi
1/2 H2 + 1/2 Zn2 + à H+ + 1/2 Zn dapat diperoleh. Potensial elektroda hidrogen didefinisikan nol.
1/2 H2 + 1/2 Zn2 + à H+ + 1/2 Zn dapat diperoleh. Potensial elektroda hidrogen didefinisikan nol.
Sel yang dibuat dengan pasangan
Cu/CuSO4 dan elektroda hidrogen normal berpotensial +0,337 V.
Reaksi total selnya adalah.
1/2 H2 + 1/2 Cu2+à
H+ + 1/2 Cu (10.16)
Dari sudut pandang kemudahan
ionisasi, reaksi lebih mungkin dalam arah sebaliknya. Nilai positif potensial
terukur menunjukkan hal ini. Nilai terukur potensial sel Daniell, 1,1 V,
berkaitan dengan perbedaan potensial elektroda normal dua elektroda. Jadi,
+0,337 – (-0,763) = +1,100 (V)
(10.17)
Berdasarkan conth di atas,
diharapkan bahwa elektroda yang terbuat dari logam dengan kecenderungan
ionisasi besar akan memiliki potensial elektroda normal negatif besar dan
elektroda yang terbuta dari halogen dengan keelektronegativan besar akan
memiliki potensial elektroda positiif. Dan faktanya memang potensial elektroda
berikut
Li+ + e- Li … (10.18)
F2(g) + 2e- 2F- … (10.19)
Berturut-turut adalah -3,045 V dan
+2,87 V. Anda dapat memahami strategi untuk membuat sel dengan potensial
tinggi. Kombinasi elektroda Li dan elektroda fluorin adalah salah satu kemungkinan
untuk mencapai tujuan ini. Jelas diperlukan kehati-hatian untuk memastikan sel
seperti ini aman. Elektroda logam alkali/alkali tanah digunakan dalam sel
alkali, yang digunakan dengan meluas.
7. Persamaan Nernst
Kebergantungan potensial elektroda pada konsentrasi telah
dibahas. Untuk persamaan sel umum,
aA +bB xX + yY (10.20)
potensial sel diberikan oleh persamaan Nernst.
E = Eθ – (RT/nF) ln([X]x[Y]y)/([A]a[B]b)
(10.21)
Eθ adalah potensial elektroda normal (potensial
elektroda semua zat dalam reaksi sel dalam keadaan standar), n jumlah elektro
yang terlibat dalam reaksi, F adalah tetapan Faraday, [A]. dsb, adalah
konsentrasi molar masing-masing ion yang terlibat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Deret Volta”. http://industri17imafa.blog.mercubuana.ac.id/tag/deret-volta/
9 (diakses pada tanggal 18 Desember 2011)
Fachturrizki R. “Standarisasi potensial”.
http://k15tiumb.blogspot.com/2009/10/potensial-sel.html
(diakses pada tanggal 18 Desember 2011)
Anonim. “Potensial Elektroda Standar” http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kimia%20dasar/elektrokimia/Potensial%20Elektroda%20standar.htm.
(diakses pada tanggal 18 Desember 2011)
Anonim. “Deret Elektrokimia”. http://id.wikipedia.org/wiki/Deret_elektrokimia
(diakses pada tanggal 18 Desember 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar